Jumat, 25 Februari 2011

Yang Layak Menjadi Amir

KISAH ISLAM
Telah ditakhrijkan oleh At-Tirmidzi dan di hasankannya, Ibmu Majah, Ibnu Hibban dan lafadznya oleh Bukhari dari Abu Hurairah ra. katanya, Rasulullah shallallaahu 'alayhi wa sallam telah mengutus satu jema'ah yang terdiri dari beberapa orang. Sebelum mengutus mereka keluar, Rasulullah SAW telah mendengarkan bacaan Al-Qur'an dari setiap orang dari mereka. Baginda SAW telah mendatangi seorang lelaki yang paling muda di antara mereka lalu bertanya, "Adakah kamu menghafal Al-Qur'an?". Lelaki itu menjawab, "Ya, aku hafal beberapa surah dan surah Al-Baqarah". Rasulullah SAW bertanya lagi, "Apakah kamu hafal surah Al-Baqarah?". Pemuda itu menjawab, "Ya". Rasulullah SAW pun bersabda, "Pergilah, kamu adalah amir mereka". Seorang lelaki dari kalangan mereka berkata, "Demi Allah! Kami takut untuk menghafalnya sekiranya kami terpaksa mengamalkannya". Rasulullah SAW telah bersabda, "Belajarlah Al-Qur'an dan bacalah ia, karena sesungguhnya perumpamaan Al-Qur'an itu bagi sesiapa yang mempelajarinya dan membacanya adalah seperti kasturi yang tersebar baunya di setiap tempat. Barang siapa yang mempelajarinya dan menyimpannya adalah seumpama tempat penyimpanan yang mengandung kasturi yang tertutup".

Sebagaimana dalam kitab At-Targhib.

Ditakhrijkan oleh Al-Hakim dalam kitab Al-Kunya dari Asy-Sya'shy seumpamanya katanya, Umar bin Khathab telah berkata, "Tunjukkanlah kepadaku seorang lelaki yang patut akulantik sebagai amir untuk menguruskan hal ihwal kaum Muslimin?". Mereka menjawab, "Abdul Rahman bin Auf (ra)". Umar ra. berkata, "DIa seorang tua yang lemah". Mereka bertanya, "Siapakah yang kamu kehendaki?". Umar ra. menjawab,

Seorang lelaki, jika ia menjadi Amir mereka, ia menjadi seolah-olah orang biasa di antara mereka, dan apabila mereka ia tidak menjadi Amir mereka, ia seolah-olah adalah amir mereka.

Merekapun berkata, "Tidaklah kami ketahui seorangpun kecuali Ar-Rabi' bin Ziyad Al-Haris". Umar ra. pun berkata, "Kamu benar."

Sebagaimana dalam kitab Al-Kanz

Wasiat Umar ra. kepada Khalifah Sesudahnya

KISAH ISLAM
Ibnu Abi Syaibah, Abu Ubaidah, An-Nasa'y, Abu Ya'la, Al-Baihaqy dan Ibnu Hibban mentakhrij dari Umar bin Al-Khaththab ra., dia berkata,

"Aku berwasiat kepada khalifah sesudahku agar mengetahui hak orang-orang Muhajirin golongan yang pertama dan agar menjaga kehormatan mereka. Aku juga berwasiat kepadanya untuk memperhatikan orang-orang Anshar yang telah menyediakan tempat tinggal dan beriman sejak sebelum kedatangan orang-orang Muhajirin, hendaklah dia menerima kebaikan mereka dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka.

Aku juga berwasiat kepadanya untuk berbuat baik kepada penduduk berbagai kota, karena mereka merupakan penolong bagi Islam, penyokong dana dan penghadang musuh. Janganlah dia mengambil harta pun dari mereka kecuali harta yang berlebih dan menurut kerelaan mereka. Aku juga berwasiat agar dia berbuat baik kepada orang-orang badui, karena mereka meruipakan asal mula bangsa Arab dan sumber Islam. Dia harus mengambil shadaqah dari orang-orang yang kaya dan membagikannya kepada orang-orang yang miskin.

Aku juga berwasiat kepadanya agar memenuhi hak Ahli Dzhimmi seperti yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, sesuai dengan perjanjian dengan mereka. Dia boleh memerangi orang-orang selain mereka, dan tidak membebankan kepada mereka kecuali menurut kesanggupan mereka."

Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Muntakhab, 4:439.

Wasiat Umar ra. kepada Abu Musa Al-Asy'ary ra.

KISAH ISLAM
Ibnu Abi Syaibah mentakhrij dari Adh-Dhahhak, dia berkata, "Umar bin Al-Khaththab ra. pernah menulis surat kepada Abu Musa Al-Asy'ary ra., yang isinya:

"Kekuatan dalam amal akan terwujud jika kalian tidak menangguhkan yang harus dikerjakan pada hari ini hingga besok. Jika kalian menangguhkannya, maka akan datang amal-amal baru yang membebani kalian, lalu kalian tidak tahu mana yang harus dilaksanakan, sehingga kalian justru menyia-nyiakan semuanya.

Jika kalian disuruh memilih salah satu dua perkara yang satu untuk dunia dan yang satu untuk akhirat, maka pilihlah perkara akhirat ketimbang perkara dunia, karena dunia ini akan sirna sedangkan akhirat kekal.

Takutlah kalian kepada Allah, pelajarilah Kitab Allah, karena kitab-Nya merupakan sumber segala ilmu dan musim semi di dalam hati."

Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Kanzu, 8:208.

Wasiat Abu Bakar r.a. Sebelum Kematiannya

KISAH ISLAM
Abul-Malih meriwayatkan, bahwa tatkala Abu Bakar Radhiyallahu'anhu hendak meninggal dunia, dia mengirim utusan kepada Umar bin Al-Khatab ra, untuk menyampaikan,

"Sesungguhnya aku menyampaikan wasiat kepadamu, dan engkau harus menerimanya dariku, bahwa Allah Azza wa Jalla mempunyai hak pada malam hari yang tidak diterima-Nya pada siang hari, dan Allah mempunyai hak pada siang hari yang tidak diterima-Nya pada malam hari.

Sesungguhnya Dia tidak menerima nafilah (sunat) sebelum yang wajib dilaksanakan. Orang-orang yang timbangannya berat di akhirat menjadi berat, karena mereka mengikuti kebenaran di dunia, sehingga timbangan mereka pun menjadi berat. Sudah selayaknya timbangan yang diatasnya diletakkan kebenaran menjadi berat.

Orang-orang yang timbangannya ringan di akhirat menjadi ringan, Karena mereka mengikuti kebatilan, sehingga timbangan mereka pun ringan pula di dunia. Sudah selayaknya timbangan yang di atasnya diletakkan kebatilan menjadi ringan, Apakah engkau tidak melihat bahwa Allah menurunkan ayat yang ada harapan di dalam ayat yang ada kepedihan, dan ayat yang ada kepedihan di dalam ayat yang ada harapan? Hal ini dimaksudkan agar manusia takut dan sekaligus berharap, tidak menyeret dirinya kepada kebinasaan dan tidak berharap kepada Allah secara tidak benar.

Jika engkau menjaga wasiatku ini, maka tidak ada sesuatu yang tidak tampak namun paling engkau sukai selain dari kematian, dan memang begitulah seharusnya. Jika engkau menyia-nyiakan wasiatku ini, maka tidak ada sesuatu yang tidak tampak namun paling engkau benci selain kematian, dan memang begitulah seharusnya yang engkau lakukan. Engkau tentu mampu melakukannya".

Ada yang menuturkan, bahwa sebelum ajal menghampiri Abu Bakar Ash-Shidiq ra, Aisyah rha putri beliau menemuinya lalu melantunkan syair,

"Tiada artinya harta kekayaan bagi pemuda
Jika sekarat menghampiri dan menyesakkan dada".

Abu Bakar ra. menyingkap kain yang menutupi kepalanya, lalu dia berkata, "Bukan begitu. Tetapi ucapkan firman Allah,"

"Dan, datanglah sekaratul-maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya". (QS. Qaf:19)

Lalu dia berkata lagi. "Periksalah dua lembar pakaianku ini, cucilah ia dan kafanilah jasadku dengan kain ini. Sesungguhnya orang yang masih hidup lebih memerlukan kain yang baru daripada orang yang sudah meninggal".

Ibnu Qudamah, Mukhtashor Minhajul Qoshidin, Pustaka Al-Kautsar, 1997, hal 499-500

Wasiat Abu Bakar kepada Umar

KISAH ISLAM
Ibnu Asakir mengeluarkan dari Salim bin Abdullah bin Umar, dia berkata, "Ketika Abu Bakar menghadapi ajalnya, maka dia menulis wasiat, yang isinya:

'Bismillahir-rahmanir-rahim. Ini adalah surat wasiat dari Abu Bakar pada akhir hayatnya di dunia, yang bersiap-siap hendak keluar dari dunia, yang merupakan awal masanya menuju ke akhirat dan yang bersiap-siap untuk memasuki akhirat, yang pada saat-saat seperti inilah orang kafir mau beriman, orang durhaka mau bertakwa dan pendusta mau menjadi jujur, aku telah memilih pengganti sesudahku, yaitu Umar bin Al-Khaththab. Kalau dia berbuat adil, maka memang itulah yang kuharapkan darinya. Namun jika dia semena-mena dan berubah, maka kebaikanlah yang kuinginkan dan aku tidak mengetahui yang gaib. Adapun orang-orang yang berbuat aniaya akan mengetahui di mana mereka akan dibalikkan.'

Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Kanzu, 3:146. Ibnul-Mubarak, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Jarir dan Abu Nu'aim meneluarkan dari Abdurrahman bin Sabith, dia berkata, Sebelum ajal tiba, Abu Bakar memanggil Umar, lalu dia berkata kepadanya,

"Wahai Umar, bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa Allah telah menetapkan amalan yang harus dikerjakan pada siang hari, dan Dia tidak menerimanya jika dikerjakan malam hari, dan Allah telah menetapkan amalan yang harus dikeriakan pada malam hari, dan Dia tidak menerimanya jika dikerjakan pada siang hari. Sesungguhnya Allah juga tidak nienerima yang sunat sebelum yang wajib dikerjakan."

Begitulah yang disebutkan di dalarn Al-Kanzu, 4:363. Ibnu Sa'd mentakhrij dari AI-Muththalib bin As-Sa'ib bin Abu Wada'ah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Abu Bakar menulis surat kepada Arw bin Al-Ash, yang isinya: 'Aku sudah menulis surat kepada Khalid bin AI-Walid agar dia bergabung ke pasukanmu dan mernbantumu. Jika dia sudah datang, inaka hergaullah yang baik, jangan merasa lebih tinggi darinya, jangan memutuskan perkara sendirian karena engkau merasa lebih tinggi darinya dan dari yang lain, berrnusyawarahlah dan janganlah berselisih dengan mereka. Begitulah yang disebutkan di dalam AI-Kanzu, 31133.

Wahyu Terakhir Kapada Rasulullah SAW

KISAH ISLAM
Diriwayatkan bahwa surah Al-Maaidah ayat 3 diturunkan pada sesudah waktu asar yaitu pada hari Jumaat di padang Arafah pada musim haji penghabisan [Wada'].

Pada masa itu Rasulullah SAW berada di Arafah di atas unta. Ketika ayat ini turun Rasulullah SAW tidak begitu jelas penerimaannya untuk mengingati isi dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut. Kemudian Rasulullah SAW bersandar pada unta beliau, dan unta beliau pun duduk perlahan-lahan. Setelah itu turun malaikat Jibril AS dan berkata:

"Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Oleh itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan kamu."

Setelah Malaikat Jibril AS pergi maka Rasulullah SAW pun berangkat ke Mekah dan terus pergi ke Madinah.Setelah Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabat beliau, maka Rasulullah SAW pun menceritakan apa yang telah diberitahu oleh malaikat Jibril AS. Apabila para sahabat mendengar hal yang demikian maka mereka pun gembira sambil berkata:

"Agama kita telah sempurna. Agama kila telah sempurna."

Apabila Abu Bakar ra. mendengar keterangan Rasulullah SAW itu, maka ia tidak dapat menahan kesedihannya maka ia pun kembali ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar ra. menangis dari pagi hingga ke malam. Kisah tentang Abu Bakar ra. menangis telah sampai kepada para sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di depan rumah Abu Bakar ra. dan mereka berkata: "Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Seharusnya kamu merasa gembira sebab agama kita telah sempuma." Mendengarkan pertanyaan dari para sahabat maka Abu Bakar ra. pun berkata, "Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kamu tahu bahwa apabila sesualu perkara itu telah sempuma maka akan kelihatanlah akan kekurangannya. Dengan turunnya ayat tersebut bahwa ia menunjukkan perpisahan kita dengan Rasulullah SAW. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para isteri nabi menjadi janda."

Selelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar ra. maka sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar ra., lalu mereka menangis dengan sekuat-kuatnya. Tangisan mereka telah didengar oleh para sahabat yang lain, maka mereka pun terus memberitahu Rasulullah SAW tentang apa yang mereka lihat itu. Berkata salah seorang dari para sahabat, "Ya Rasulullah SAW, kami baru kembali dari rumah Abu Bakar ra. dan kami dapati banyak orang menangis dengan suara yang kuat di depan rumah beliau." Apabila Rasulullah SAW mendengar keterangan dari para sahabat, maka berubahlah muka Rasulullah SAW dan dengan bergegas beliau menuju ke rumah Abu Bakar ra.. Setelah Rasulullah SAW sampai di rumah Abu Bakar ra. maka Rasulullah SAW melihat kesemua mereka yang menangis dan bertanya, "Wahai para sahabatku, kenapakah kamu semua menangis?." Kemudian Ali ra. berkata, "Ya Rasulullah SAW, Abu Bakar ra. mengatakan dengan turunnya ayat ini membawa tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini benar ya Rasulullah?." Lalu Rasulullah SAW berkata: "Semua yang dikatakan oleh Abu Bakar ra. adalah benar, dan sesungguhnya waktu untuk aku meninggalkan kamu semua telah dekat".

Setelah Abu Bakar ra. mendengar pengakuan Rasulullah SAW, maka ia pun menangis sekuat tenaganya sehingga ia jatuh pingsan. Sementara 'Ukasyah ra. berkata kepada Rasulullah SAW, 'Ya Rasulullah, waktu itu saya anda pukul pada tulang rusuk saya. Oleh itu saya hendak tahu apakah anda sengaja memukul saya atau hendak memukul unta baginda." Rasulullah SAW berkata: "Wahai 'Ukasyah, Rasulullah SAW sengaja memukul kamu." Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Bilal ra., "Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah Fathimah dan ambilkan tongkatku ke mari." Bilal keluar dari masjid menuju ke rumah Fathimah sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata, "Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk dibalas [diqishash]."

Setelah Bilal sampai di rumah Fathimah maka Bilal pun memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fathimah ra. menyahut dengan berkata: "Siapakah di pintu?." Lalu Bilal ra. berkata: "Saya Bilal, saya telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW unluk mengambil tongkat beliau."Kemudian Fathimah ra. berkata: "Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya." Berkata Bilal ra.: "Wahai Fathimah, Rasulullah SAW telah menyediakan dirinya untuk diqishash." Bertanya Fathimah ra. lagi: "Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah SAW?" Bilal ra. tidak menjawab perlanyaan Fathimah ra., Setelah Fathimah ra. memberikan tongkat tersebut, maka Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah SAW Setelah Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal ra. maka beliau pun menyerahkan kepada 'Ukasyah.

Melihatkan hal yang demikian maka Abu Bakar ra. dan Umar ra. tampil ke depan sambil berkata: "Wahai 'Ukasyah, janganlah kamu qishash baginda SAW tetapi kamu qishashlah kami berdua." Apabila Rasulullah SAW mendengar kata-kata Abu Bakar ra. dan Umar ra. maka dengan segera beliau berkata: "Wahai Abu Bakar, Umar dudukiah kamu berdua, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua." Kemudian Ali ra. bangun, lalu berkata, "Wahai 'Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping Rasulullah SAW oleh itu kamu pukullah aku dan janganlah kamu menqishash Rasulullah SAW" Lalu Rasultillah SAW berkata, "Wahai Ali duduklah kamu, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu." Setelah itu Hasan dan Husin bangun dengan berkata: "Wahai 'Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah SAW, kalau kamu menqishash kami sama dengan kamu menqishash Rasulullah SAW" Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah SAW pun berkata, "Wahai buah hatiku duduklah kamu berdua." Berkata Rasulullah SAW "Wahai 'Ukasyah pukullah saya kalau kamu hendak memukul."

Kemudian 'Ukasyah berkata: "Ya Rasulullah SAW, anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju." Maka Rasulullah SAW pun membuka baju. Setelah Rasulullah SAW membuka baju maka menangislah semua yang hadir. Setelah 'Ukasyah melihat tubuh Rasulullah SAW maka ia pun mencium beliau dan berkata, "Saya tebus anda dengan jiwa saya ya Rasulullah SAW, siapakah yang sanggup memukul anda. Saya melakukan begini adalah sebab saya ingin menyentuh badan anda yang dimuliakan oleh Allah SWT dengan badan saya. Dan Allah SWT menjaga saya dari neraka dengan kehormatanmu." Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya." Kemudian semua para jemaah bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah pun berkata, "Wahai 'Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperolehi derajat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah SAW di dalam syurga."

Apabila ajal Rasulullah SAW makin dekat maka beliau pun memanggil para sahabat ke rumah Aisyah ra. dan beliau berkata: "Selamat datang kamu semua semoga Allah SWT mengasihi kamu semua, saya berwasiat kepada kamu semua agar kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT dan mentaati segala perintahnya. Sesungguhnya hari perpisahan antara saya dengan kamu semua hampir dekat, dan dekat pula saat kembalinya seorang hamba kepada Allah SWT dan menempatkannya di syurga. Kalau telah sampai ajalku maka hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abbas hendaklah menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah itu kamu kafanilah aku dengan pakaianku sendiri apabila kamu semua menghendaki, atau kafanilah aku dengan kain yaman yang putih. Apabila kamu memandikan aku, maka hendaklah kamu letakkan aku di atas balai tempat tidurku dalam rumahku ini. Setelah itu kamu semua keluarlah sebentar meninggalkan aku. Pertama yang akan menshalatkan aku ialah Allah SWT, kemudian yang akan menshalat aku ialah Jibril AS, kemudian diikuti oleh malaikat Israfil, malaikat Mikail, dan yang akhir sekali malaikat lzrail berserta dengan semua para pembantunya. Setelah itu baru kamu semua masuk bergantian secara berkelompok bershalat ke atasku."

Setelah para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu maka mereka pun menangis dengan nada yang keras dan berkata, "Ya Rasulullah SAW anda adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami dan untuk semua, yang mana selama ini anda memberi kekuatan dalam penemuan kami dan sebagai penguasa yang menguruskan perkara kami. Apabila anda sudah tiada nanti kepada siapakah akan kami tanya setiap persoalan yang timbul nanti?." Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Dengarlah para sahabatku, aku tinggalkan kepada kamu semua jalan yang benar dan jalan yang terang, dan telah aku tinggalkan kepada kamu semua dua penasihat yang satu daripadanya pandai bicara dan yang satu lagi diam sahaja. Yang pandai bicara itu ialah Al-Quran dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada sesuatu persoalan yang rumit di antara kamu, maka hendaklah kamu semua kembali kepada Al-Quran dan Hadis-ku dan sekiranya hati kamu itu berkeras maka lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari mati."

Setelah Rasulullah SAW berkata demikian, maka sakit Rasulullah SAW bermula. Dalam bulan safar Rasulullah SAW sakit selama 18 hari dan sering diziaiahi oleh para sahabat. Dalam sebuah kitab diterangkan bahwa Rasulullah SAW diutus pada hari Senin dan wafat pada hari Senin. Pada hari Senin penyakit Rasulullah SAW bertambah berat, setelah Bilal ra. menyelesaikan azan subuh, maka Bilal ra. pun pergi ke rumah Rasulullah SAW. Sesampainya Bilal ra. di rumah Rasulullah SAW maka Bilal ra. pun memberi salam, "Assalaarnualaika ya rasulullah." Lalu dijawab oleh Fathimah ra., "Rasulullah SAW masih sibuk dengan urusan beliau." Setelah Bilal ra. mendengar penjelasan dari Fathimah ra. maka Bilal ra. pun kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fathimah ra. itu. Apabila waktu subuh hampir hendak lupus, lalu Bilal pergi sekali lagi ke rumah Rasulullah SAW dan memberi salam seperti permulaan tadi, kali ini salam Bilal ra. telah di dengar oleh Rasulullah SAW dan baginda berkata, "Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh itu kamu suruhlah Abu Bakar mengimamkan shalat subuh berjemaah dengan mereka yang hadir." Setelah mendengar kata-kata Rasulullah SAW maka Bilal ra. pun berjalan menuju ke masjid sambil meletakkan tangan di atas kepala dengan berkata: "Aduh musibah."

Setelah Bilal ra. sarnpai di masjid maka Bilal ra. pun memberitahu Abu Bakar tentang apa yang telah Rasulullah SAW katakan kepadanya. Abu Bakar ra. tidak dapat menahan dirinya apabila ia melihat mimbar kosong maka dengan suara yang keras Abu Bakar ra. menangis sehingga ia jatuh pingsan. Melihatkan peristiwa ini maka riuh rendah tangisan sahabat dalam masjid, sehingga Rasulullah SAW bertanya kepada Fathimah ra.; "Wahai Fathimah apakah yang telah berlaku?." Maka Fathimah ra. pun berkata: "Kekecohan kaum muslimin, sebab anda tidak pergi ke masjid." Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali ra. dan Fadhl bin Abas ra., lalu Rasulullah SAW bersandar kepada kedua mereka dan terus pergi ke masjid. Setelah Rasulullah SAW sampai di masjid maka beliau pun bershalat subuh bersama dengan para jemaah.

Setelah selesai shalat subuh maka Rasulullah SAW pun berkata, "Wahai kaum muslimin, kamu semua senantiasa dalam pertolongan dan pemeliharaan Allah, oleh itu hendaklah kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT dan mengerjakan segala perintahnya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kamu semua, dan hari ini adalah hari pertama aku di akhirat dan hari terakhir aku di dunia." Setelah berkata demikian maka Rasulullah SAW pun pulang ke rumah beliau. Kemudian Allah SWT mewahyukan kepada malaikat lzrail AS, "Wahai lzrail, pergilah kamu kepada kekasihku dengan sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak mencabut ruhnya maka hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut sekali. Apabila kamu pergi ke rumahnya maka minta izinlah lerlebih dahulu, kalau ia izinkan kamu masuk, maka masukiah kamu ke rumahnya dan kalau ia tidak mengizinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali padaku."

Setelah malaikat lzrail mendapat perintah dari Allah SWT maka malaikal lzrail pun turun dengan menyerupai orang Arab Badwi. Setelah malaikat lzrail sampai di depan rumah Rasulullah SAW maka ia pun memberi salam, "Assalaamu alaikum yaa ahla baitin nubuwwati wa ma danir risaalati a adkhulu?" (Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu semua sekalian, wahai penghuni rumah nabi dan sumber risaalah, bolehkan saya masuk?) Apabila Fathimah mendengar orang memberi salam maka ia-pun berkata; "Wahai hamba Allah, Rasulullah SAW sedang sibuk sebab sakitnya yang semakin berat." Kemudian malaikat lzrail berkata lagi seperti dipermulaannya, dan kali ini seruan malaikat itu telah didengar oleh Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW bertanya kepada Fathimah ra., "Wahai Fathimah, siapakah di depan pintu itu." Maka Fathimah ra. pun berkata, "Ya Rasulullah, ada seorang Arab badwi memanggil mu, dan aku telah katakan kepadanya bahwa anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia memandang saya dengan tajam sehingga terasa menggigil badan saya." Kemudian Rasulullah SAW berkata; "Wahai Fathimah, tahukah kamu siapakah orang itu?." Jawab Fathimah,"Tidak ayah." "Dia adalah malaikat lzrail, malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan kubur." Fathimah ra. tidak dapat menahan air matanya lagi setelah mengetahui bahwa saat perpisahan dengan ayahandanya akan berakhir, dia menangis sepuas-puasnya. Apabila Rasulullah SAW mendengar tangisan Falimah ra. maka beliau pun berkata: "Janganlah kamu menangis wahai Fathimah, engkaulah orang yang pertama dalam keluargaku akan bertemu dengan aku." Kemudian Rasulullah SAW pun mengizinkan malaikat lzrail masuk. Maka malaikat lzrail pun masuk dengan mengucap, "Assalamuaalaikum ya Rasulullah." Lalu Rasulullah SAW menjawab: "Wa alaikas saalamu, wahai lzrail engkau datang menziarahi aku atau untuk mencabut ruhku?" Maka berkata malaikat lzrail: "Kedatangan saya adalah untuk menziarahimu dan untuk mencabut ruhmu, itupun kalau engkau izinkan, kalau engkau tidak izinkan maka aku akan kembali." Berkata Rasulullah SAW, "Wahai lzrail, di manakah kamu tinggalkan Jibril?" Berkata lzrail: "Saya tinggalkan Jibril di langit dunia, para malaikat sedang memuliakan dia." Tidak beberapa lama kemudian Jibril AS pun turun dan duduk di dekat kepala Rasulullah SAW.

Apabila Rasulullah SAW melihat kedatangan Jibril AS maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, tahukah kamu bahwa ajalku sudah dekat" Berkata Jibril AS, "Ya aku tahu." Rasulullah SAW bertanya lagi, "Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku disisi Allah SWT" Berkata Jibril AS, "Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para malaikat bersusun rapi menanti ruhmu dilangit. Kesemua pintu-pintu syurga telah dibuka, dan kesemua bidadari sudah berhias menanti kehadiran ruhmu." Berkata Rasulullah SAW: "Alhamdulillah, sekarang kamu katakan pula tentang umatku di hari kiamat nanti." Berkata Jibril AS, "Allah SWT telah berfirman yang bermaksud,

"Sesungguhnya aku telah melarang semua para nabi masuk ke dalam syurga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku juga melarang semua umat memasuki syurga sebelum umatmu memasuki syurga."

Berkata Rasulullah SAW: "Sekarang aku telah puas hati dan telah hilang rasa susahku." Kemudian Rasulullah SAW berkata: "Wahai lzrail, mendekatlah kamu kepadaku." Selelah itu Malaikat lzrail pun memulai tugasnya, apabila ruh beliau sampai pada pusat, maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, alangkah dahsyatnya rasa mati." Jibril AS mengalihkan pandangan dari Rasulullah SAW apabila mendengar kata-kata beliau itu. Melihatkan telatah Jibril AS itu maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, apakah kamu tidak suka melihat wajahku?" Jibril AS berkata: "Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu dikala kamu dalam sakaratul maut?" Anas bin Malik ra. berkata: "Apabila ruh Rasulullah SAW telah sampai di dada beliau telah bersabda,

"Aku wasiatkan kepada kamu agar kamu semua menjaga shalat dan apa-apa yang telah diperintahkan ke atasmu."

Ali ra. berkata: "Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika menjelang saat-saat terakhir, telah mengerakkan kedua bibir beliau sebanyak dua kali, dan saya meletakkan telinga, saya dengan Rasulullah SAW berkata: "Umatku, umatku." Telah bersabda Rasulullah SAW bahwa: "Malaikat Jibril AS telah berkata kepadaku; "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sebuah laut di belakang gunung Qaf, dan di laut itu terdapat ikan yang selalu membaca selawat untukmu, kalau sesiapa yang mengambil seekor ikan dari laut tersebut maka akan lumpuhlah kedua belah tangannya dan ikan tersebut akan menjadi batu."

Wafatnya Seorang Laki-laki Habsyi di dalam Majelis Nabi SAW

KISAH ISLAM
Thabrani mentakhrijkan dari Ibnu 'Umar ra. (yang maksudnya kurang lebih -p), dia berkata, " Seorang laki-laki dari Habasyah datang kepada Rasulullah SAW. Maka berkatalah Rasulullah SAW, 'bertanyalah dan pahamkanlah!'. Ia lalu berkata, 'Ya Rasulullah! Engkau telah dimuliakan dari kami dengan rupamu, dengan keturunanmu, dengan kenabianmu. Apakah jika aku beriman dengan apa yang engkau telah beriman dan ber'amal dengan apa yang engkau telah amalkan apakah aku akan bersama mu di dalam Jannah?'. Berkata Rasulullah SAW, "na'am, dan orang yang dirinya seperti ini (berkulit hitam) sesungguhnya dia terlihat putih di Jannah sejauh seribu tahun perjalanan".

Kemudian Rasulullah SAW berkata, "barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallaah, bersamanya janji Allah dan siapa yang mengucapkan Subhanallahi wabihamdihi dituliskan baginya seratus duapuluh empat ribu (124.000) hasanah". Maka laki-laki itu berkata, "bagaimana keadaanku setelah ini ya Rasulullah?" Maka berkata Rasulullah SAW, "sesungguhnya seorang lelaki mendatangi hari kiamat dengan 'amal ...". Kemudian dibacakan oleh Rasulullah SAW surah berikut yaitu surah Al-insaan ayat 1 hingga ayat 20.

Orang Habsyi itu bertanya lagi, "dan apakah mata ini akan melihat apa yang akan engkau lihat di dalam Jannah?" Berkatalah Rasulullah, "na'am". Maka orang Habsyi itu menangis sehinggalah ia meninggal dunia (yakni keluarlah ruhnya)...
(Tafsir Ibnu Katsir)

Di dalam riwayat yang lain bersabda Rasulullah SAW terhadap lelaki habsyi tersebut, "Telah keluarlah ruh sahabatmu ini (saudaramu ini) dikarenakan Asy Syauqu ilaa Al-Jannah, rindukan jannah. (HR Ahmad)

(Note: Riwayat hadits selengkapnya pada kitab Hayatush Shahabah 3:80)

Usamah ra. sebagai Panglima

KISAH ISLAM
Ibnu Asakir telah memberitakan dari Az-Zuhri dari Urwah dari Usamah bin Zaid ra. bahwa Rasulullah SAW memerintahkannya untuk menyerang suku kaum Ubna pada waktu pagi dan membakar perkampungannya. Maka Rasulullah SAW berkata kepada Usamah: "Berangkatlah dengan nama Allah!". Kemudian Rasulullah SAW keluar membawa bendera perangnya dan diserahkannya ke tangan Buraidah bin Al-Hashib Al-Aslami ra. untuk dibawa ke rumah Usamah ra. Beliau juga memerintahkan Usamah untuk membuat markasnya di Jaraf di luar Madinah sementara kaum Mukmin membuat persiapan untuk keluar berjihad. Maka Usamah ra. mendirikan kemahnya di suatu tempat berdekatan dengan Siqayat Sulaiman sekarang ini. Maka mulailah orang berdatangan dan berkumpul di tempat itu. Siapa yang sudah selesai kerjanya segera datang ke perkemahan itu, dan siapa yang masih ada urusan diselesaikan urusannya terlebih dahulu.

Tiada seorang pun dari kaum Muhajirin yang unggul, melainkan dia ikut dalam pasukan jihad ini, termasuk Umar bin Al-Khatthab, Abu Ubaidah, Sa'ad bin Abu Waqqash, Abul A'war Said bin Zaid bin Amru bin Nufail radiallahuanhum dan banyak lagi para pemuka Muhajirin yang ikut serta. Dari kaum Anshar pun di antaranya Qatadah bin An-Nu'man dan Salamah bin Aslam bin Huraisy ra.huma dan lain-lain. Ada di antara kaum Muhajirin yang kurang setuju dengan pimpinan Usamah ra. itu, karena usianya masih terlalu muda (18 tahun). Di antara orang yang banyak mengkritiknya ialah Aiyasy bin Abu Rabi'ah ra. dia berkata: "Bagaimana Rasuluilah mengangkat anak muda yang belum berpengalaman ini, padahal banyak lagi pemuka-pemuka kaum Muhajirin yang pernah memimpin perang". karena itulah banyak desas-desus yang memperkecilkan kepemimpinan Usamah ra. Umar bin Al-Khatthab ra. menolak pendapat tersebut serta menjawab keraguan orang ramai. Kemudian dia menemui Rasulullah SAW serta memberitahu tentang apa yang dikatakan orang ramai tentang Usamah. Beliau SAW sangat marah, lalu memakai sorbannya dan keluar ke masjid. Bila orang ramai sudah berkumpul di situ, beliau naik mimbar, memuji-muji Allah dan mensyukurinya, lalu berkata: "Amma ba'du! Wahai sekalian manusia! Ada pembicaraan yang sampai kepadaku mengenai pengangkatan Usamah? Demi Allah, jika kamu telah menuduhku terhadap pengangkatanku terhadap Usamah, maka sebenarnya kamu juga dahulu telah menuduhku terhadap pengangkatanku terhadap ayahnya, yakni Zaid. Demi Allah, si Zaid itu memang layak menjadi panglima perang dan puteranya si Usamah juga layak menjadi panglima perang setelahnya. Kalau ayahnya si Zaid itu sungguh sangat aku kasihi, maka puteranya juga si Usamah sangat aku kasihi. Dan kedua orang ini adalah orang yang baik, maka hendaklah kamu memandang baik terhadap keduanya, karena mereka juga adalah di antara sebaik-baik manusia di antara kamu!".

Sesudah itu, beliau turun dari atas mimbar dan masuk ke dalam rumahnya, pada hari Sabtu, 10 Rabi'ul-awal. Kemudian berdatanganlah kaum Muhajirin yang hendak berangkat bersama-sama pasukan Usamah itu kepada Rasulullah SAW untuk mengucapkan selamat tinggal, di antaranya Umar bin Al-khatthab ra. dan Rasulullah SAW terus mengatakan kepada mereka: "Biarkan segera Usamah berangkat! Seketika itu pula Ummi Aiman ra. (yaitu ibu Usamah) mendatangi Rasulullah SAW seraya berkata: "Wahai Rasulullah! Bukankah lebih baik, jika engkau biarkan Usamah menunggu sebentar di perkemahannya, sehingga engkau merasa sehat, karena, jika Usamah ra. berangkat juga dalam keadaan seperti ini, tentulah dia akan merasa bimbang dalam perjalanannya!". Tetapi Rasulullah SAW tetap mengatakan: "Biarkan segera Usamah berangkat!".

Orang ramai sudah berkumpul di perkemahan pasukan Usamah itu, dan mereka menginap di situ pada malam minggu itu. Usamah datang lagi kepada Rasulullah SAW pada hari Ahad dan Beliau SAW terlalu berat sakitnya, sehingga mereka memberikannya obat. Usamah menemui Beliau sedang kedua matanya mengalirkan air mata. Ketika itu Al-Abbas berada di situ, dan di sekeliling Beliau ada beberapa orang kaum wanita dari kaum keluarganya. Usamah menundukkan kepalanya dan mencium Rasulullah SAW sedang Beliau tidak berkata apa-apa, selain mengangkat kedua belah tangannya ke arah langit serta mengusapkannya kepada Usamah. Berkata Usamah: "Aku tahu bahwa Rasulullah SAW mendoakan keberhasilanku. Aku kemudian kembah ke markas pasukanku". "Pada besok harinya, yaitu hari Senin, aku menggerakkan pasukanku sehingga kesemuanya telah siap untuk berangkat. Aku mendapat berita bahwa Rasulullah SAW telah segar sedikit, maka aku pun datang sekali lagi kepadanya untuk mengucapkan selamat tinggal, kata Usamah". Beliau berkata kepadaku: "Usamah! Berangkatlah segera dengan diliputi keberkatan dari Allah!". Aku lihat isteri-isterinya cerah wajah mereka karena gembira melihat beliau sedikit segar pada hari itu. Kemudian datang pula Abu Bakar ra. dengan wajah yang gembira, seraya berkata:"Wahai Rasulullah! Engkau terlihat lebih segar hari ini, Alhamduillah. Hari ini hari pelangsungan pernikahan puteri Kharijah, izinkanlah aku pergi". Maka Rasulullah SAW mengizinkannya pergi ke Sunh (sebuah perkampungan di luar kota Madinah), Usamah ra. pun kembali kepada pasukannya yang sedang menunggu penntahnya untuk bergerak, dan dia telah memerintahkan siapa yang masih belum berkumpul di markasnya supaya segera datang karena sudah tiba waktunya untuk bergerak.

Belum jauh pasukan itu meninggalkan Jaraf, tempat markas perkemahannya, datanglah utusan dari Ummi Aiman memberitahukan bahwa Rasulullah SAW telah kembali ke rahmatullah. Usamah segera memberhentikan pergerakan pasukan itu, dan segera menuju ke kota Madinah bersama-sama dengan Umar ra. dan Abu Ubaidah ra. ke rumah Rasulullah SAW dan mereka mendapati beliau telah meninggal dunia. Beliau wafat ketika matahari tenggelam pada hari Senin malam 12 Rabi'ul-awal. Kaum Muslimin yang bermarkas di Jaraf tidak jadi berangkat ke medan perang, lalu kembali ke Madinah. Buraidah bin Al-Hashib yang membawa bendera Usamah, lalu menancapkannya di pintu rumah Rasulullah SAW. Sesudah Abu Bakar ra. diangkat menjadi Khalifah Rasulullah SAW dia telah menyuruh Buraidah ra. mengambil bendera perang itu dan menyerahkan kepada Usamah, dan supaya tidak dilipat sehingga Usamah memimpin pasukannya berangkat ke medan perang Syam. Berkata pula Buraidah: "Aku pun membawa bendera itu ke rumah Usamah , dan pasukan itu pun bergerak menuju ke Syam". Setelah selesai tugas kami di Syam, kami kembali ke Madinah dan bendera itu terus saya tancapkan di rumah Usamah sehingga Usamah meninggal dunia.

Apabila berita wafatnya Rasulullah SAW sampai kepada kaum Arab, sebagian mereka telah murtad keluar dari agama Islam. Abu Bakar ra. memanggil Usamah lalu menyuruhnya supaya menyiapkan diri untuk berangkat memerangi bangsa Romawi sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW sebelum wafatnya dahulu. pasukan Islam mulai berkumpul lagi di Jaraf di perkemahan mereka dulu. Buraidah ra. yang diamanahkan untuk memegang bendera perang telah berada di markasnya di sana. Tetapi para pemuka kaum Muhajirin yang terutama, seperti Umar, Usman, Abu Ubaidah, Sa'ad bin Abu Waqqash, Said bin Zaid dan lainnya mereka telah datang kepada Khalifah Abu Bakar ra. seraya berkata: "wahai Khalifah Rasulullah! Sesungguhnya kaum Arab sudah mula memberontak, dan adalah tidak wajar engkau akan membiarkan pasukan Islam ini meninggalkan kami pada masa ini. Bagaimana kalau engkau pecahkan pasukan ini menjadi dua. Yang satu untuk engkau kirimkan kepada kaum Arab yang murtad itu untuk mengembalikan mereka kepada Islam, dan yang lain engkau pertahankan di Madinah untuk menjaganya, siapa tahu kalau-kalau ada yang datang untuk menyerang kita dari mereka itu. Kalau tidak, maka yang tinggal di sini hanya anak-anak kecil dan wanita saja, bagaimana mereka dapat mempertahankannya? Seandainya engkau menangguhkan memerangi kaum Romawi itu, sehingga keadaan kita dalam negeri aman, dan kaum Arab yang murtad itu kembali ke pangkuan kita, ataupun kita kalahkan mereka terlebih dahulu, kemudian kita mengirim pasukan kita untuk memerangi bangsa Romawi itu, bukankah itu lebih baik?! Kita pun tidak merasa bimbang dari bangsa Romawi itu untuk datang menyerang kita pada masa ini!. Abu Bakar ra. hanya mendengar bermacam-macam pandangan dari para pemuka Muhajirin itu.

Setelah selesai mereka berkata, maka Abu Bakar ra. bertanya lagi: Adakah yang mau memberikan pendapatnya lagi, atau kamu semua telah memberikan pendapat kamu?! jawab mereka: "Kami sudah berikan apa yang harus kami sampaikan!". "Baiklah, kalau begitu. Saya telah dengar semua apa yang hendak kamu katakan itu", ujar Abu Bakar. Demi jiwaku yang berada di tangannya! Kalau aku tahu bahwa aku akan dimakan binatang buas sekalipun, niscaya aku tetap akan mengutus pasukan ini ke tujuannya, dan aku yakin bahwa dia akan kembali dengan selamat. Betapa tidak, sedang Rasulullah SAW yang telah diberikan wahyu dari langit telah berkata: "Berangkatkan segera pasukan Usamah". Tetapi ada suatu hal yang akan aku beritahukan kepada Usamah sebagai panglima pasukan itu. Aku minta darinya supaya memembiarkan Umar tetap tinggal di Madinah untuk membantuku di sini, karena aku sangat perlu kepada bantuannya. Demi Allah, aku tidak tahu apakah Usamah setuju atau tidak. Demi Allah, jika dia enggan membenarkan sekalipun, aku tidak akan memaksanya! Kini tahulah para pemuka Muhajirin itu, bahwa khalifah mereka yang baru itu telah berazam sepenuhnya untuk mengirim pasukan Islam, sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW sebelumnya.

Abu Bakar ra. lalu pergi ke rumah Usamah ra., dan memintanya agar membiarkan Umar ra. tinggal di Madinah untuk membantunya. Usamah ra. setuju. Untuk meyakinkan dirinya, maka Abu Bakar ra. berkata lagi: "Benar engkau mengizinkannya dengan hati yang rela?" Jawab Usamah: "ya!". Khalifah Abu Bakar ra. lalu mengeluarkan perintah supaya tidak ada seorang pun mengelakkan dirinya dari menyertai pasukan Usamah itu sesuai dengan perintah Rasulullah SAW sebelum wafatnya. Dia berkata lagi: "Siapa saja yang melewatkan dirinya untuk keluar, niscaya aku akan menyuruhnya mengejar pasukan itu dengan berjalan kaki". Kemudian Abu Bakar ra. memanggil orang-orang yang pernah mengecil-ngecilkan pengangkatan Usamah sebagai panglima perang, dan memarahi mereka serta menyuruh mereka ikut keluar bersama-sama pasukan itu, sehingga tiada seoran pun yang berani memisahkan dirinya. Apabila pasukan itu sudah mulai bergerak, Abu Bakar ra. datang untuk mengucapkan selamat berangkat kepada mereka. Usamah mendahului para sahabatnya dari Jaraf, dan mereka kurang lebih 3,000 orang, di antaranya ada 1,000 orang yang menunggang kuda. Abu Bakar ra. berjalan kaki di sisi Usamah ra. untuk mengucapkan selamat jalan kepadanya: "Aku serahkan kepada Allah agamamu, amanatmu dan kesudahan amalmu! Sesungguhnya Rasulullah SAW sudah berpesan kepadamu, maka laksanakanlah segala pesannya itu, dan aku tidak ingin menambah apa-apa pun, tidak akan menyuruhmu apa pun atau melarangmu dari apa pun. Aku hanya menjalankan apa yang diperintahkan oleh Rasuluflah SAW saja".

Usamah ra. dan pasukannya maju dengan cepat. Dia telah melalui beberapa negeri yang tetap mematuhi Madinah dan tidak keluar dari Islam, seperi Juhainah dan lainnya dari suku kaum Qudha'ah. Apabila dia tiba di Wadilqura, Usamah mengutus seorang mata-mata dari suku Hani Adzrah, dikenal dengan nama Huraits. Dia maju meninggalkan pasukan itu, hingga tiba di LThna dan dia coba mendapatkan berita di sana, kemudian dia kembali secepatnya dan baru bertemu dengan pasukan Usamah sesudah berjalan selama dua malam dari Ubna itu. Huraits lalu memberitahu Usamah, bahwa rakyat di situ masih belum berbuat apa-apa. Mereka belum berkumpul untuk menentang pasukan yang mereka, dan mengusulkan supaya pasukan Usamah segera menggempur sebelum mereka dapat mengumpulkan pasukan.

(Ibnu Asakir: At-Tarikh 1:120, Kanzul Ummal 5:312. Fathul Bari 8:107)

Ummu 'Umarah rha.

KISAH ISLAM
Ummu 'Umarah rha atau dikenal juga sebagai Ummu Sulaim rha. telah dirahmati dengan berbagai kehormatan, diantaranya adalah kehadiran beliau di Uhud, al-Hudaibiyyah, Khaibar, Hunain dan Peperangan Yamamah. Namun peranan beliau yang paling mulia adalah ketika Peperangan Uhud.

Ummu 'Umarah rha telah menyertai peperangan tersebut bersama suaminya, Ghaziya, berserta dua orang anak lelaki beliau. Tugas yang dipertanggungjawabkan ke atas beliau adalah untuk memberi air kepada para Mujahid yang cedera. Akan tetapi Allah SWT telah menetapkan satu peranan yang lebih besar dan mulia untuk beliau. Maka beliau pun mengatur langkah bersama-sama dengan keluarga beliau dengan sebuah Qirbah (tempat air terbuat dari kulit kambing) untuk mengisi air. Mereka tiba di medan perang pada awal pagi hari. pasukan Islam, ketika itu, sedang menguasai peperangan dan beliau telah pergi melihat keadaan Rasulullah SAW. Pada masa yang sama sebilangan pasukan Islam telah membuat satu kesilapan yang teramat besar - melihat pasukan Quraish mundur, mereka mulai berlari-berkejaran mendapatkan harta-benda rampasan perang, melanggar perintah Rasulullah SAW supaya tetap di posisi mereka di atas bukit.

Khalib bin Walid, (yang ketika itu belum lagi memeluk Islam), apabila melihat benteng pertahanan yang telah terbuka itu kemudian memimpin serangan balasan ke atas pasukan Islam. Kemenangan peperangan beralih kepada pihak Quraish. Dalam suasana kalang kabut itu, banyak dari kalangan pasukan Islam panik dan mundur, meninggalkan Rasulullah SAW bersama-sama sekumpulan kecil para Sahabat ra . Di kalangan mereka ini termasuklah Ummu 'Umarah rha.

Melihat ramai dari kalangan pasukan Islam yang mundur, Ummu 'Umarah rha kemudian berlari ke arah Rasulullah SAW dan mengangkat senjata demi mempertahankan baginda SAW, bersama-sama dengan suami dan kedua anak lelakinya. Rasulullah SAW menyadari yang Ummu 'Umarah rha tidak mempunyai perisai kemudian baginda SAW memerintahkan kepada salah seorang daripada mereka yang sedang berundur supaya memberikan perisainya kepada Ummu 'Umarah rha yang sedang bertarung. Setelah mendapat perisai tersebut, Ummu 'Umarah rha mempertahankan Rasulullah SAW menggunakan busur, anak panah dan juga pedang.

Ummu 'Umarah rha diserang oleh pasukan berkuda tetapi beliau tidak sekalipun gentar atau merasa takut. Beliau kemudian telah berkata, "Apabila mereka itu tidak berkuda seperti kami, niscaya telah kami hancurkan mereka, insya-Allah." Abdullah ibn Zayed, anak lelaki beliau, telah mengalami cedera ketika peperaang tersebut. Lukanya itu berdarah banyak sekali. Ibunya berlari kepadanya dan membalut lukanya itu. Kemudian Ummu 'Umarah rha memerintahkan anak lelakinya itu, "Majulah dan perangi mereka, anakku!" Rasulullah SAW mengagumi semangat pengorbanan beliau dan telah memuji beliau, "Siapakah yang dapat menanggung apa yang kamu mampu tanggung, Ummu 'Umarah!" Tiba-tiba lelaki yang telah menlukai anak lelakinya mendekat dan Rasulullah SAW berkata kepada beliau bahwa inilah lelaki yang melukai anaknya. Ummu 'Umarah rha dengan berani menantang lelaki tersebut, yang menurut anak Ummu 'Umarah rha sendiri, adalah seperti pohon perdu yang besar. Ummu 'Umarah rha melukai kaki musuhnya itu, menjatuhkannya sehingga berlutut. Rasulullah SAW tersenyum sehingga menampakkan gigi baginda SAW dan berkata, "Kamu telah membalasnya, Ummu 'Umarah!" Setelah lelaki tersebut dibunuh, Rasulullah SAW kemudian berkata "Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kamu kemenangan dan menggembirakan kamu atas musuh kamu dan mengizinkan kamu dapat menuntut balas."

Pada satu ketika, Rasulullah SAW telah tertinggal seorang diri. Melihat peluang keemasan itu, pihak musuh, Ibn Qumay'a segera menyerang Rasulullah SAW sambil menjerit "Tunjukkan Muhammad padaku! Aku takkan selamat sekiranya dia diselamatkan!". Kemudian Mus'ab ibn 'Umayr ra, bersama-sama dengan beberapa orang sahabat yang lain, bergegas mempertahankan Rasulullah SAW. Ummu 'Umarah rha yang turut bersama-sama dengan mereka terus menebas musuh Allah itu, walaupun dia memakai dua lapis baju besi. Ibn Qumay'a berjaya melukai bagian leher Ummu 'Umarah rha, dan meninggalkan luka yang parah. Rasulullah SAW terus memanggil anak lelaki Ummu 'Umarah rha, memerintahkannya membalut luka ibunya sambil mendoakan kerahmatan dan kesejahteraan ke atas mereka dan menyatakan kemuliaan mereka. Ummu 'Umarah rha, bila menyadari Rasulullah SAW menyukai kesungguhan dan keberanian beliau, kemudian meminta Rasulullah SAW supaya berdoa agar mereka dijadikan Allah di kalangan sahabat-sahabat Rasulullah SAW di syurga nanti. Setelah Rasulullah SAW berdoa, Ummu 'Umarah rha kemudian berkata, "Aku tidak pedulikan apa saja yang menimpaku di dunia ini!" Pada hari tersebut, Ummu 'Umarah rha menerima tiga belas luka dan luka di lehernya yang terpaksa dirawat selama setahun.

Beliau kemudiannya juga menyertai Peperangan Yamamah, di mana beliau menerima sebelas luka dan kehilangan tangan. Keberanian Ummu 'Umarah rha menyebabkan semua para Sahabat ra menghormati beliau, terutama para Khalifah yang akan mengunjungi beliau dan senantiasa memperhatikan keadaan beliau. Umar ibn Khattab ra telah menerima kain-kain sutera yang sangat bagus buatannya. Salah seorang yang berada di situ berkata bahawa kain tersebut sangat mahal dan Umar ra sebaiknya memberikannya kepada isteri Abdullah ibn Umar ra, Safiyya bint Abu 'Ubayd. Umar ra walaubagaimanapun tidak mau memberikan kain tersebut kepada menantunya. "Ini adalah sesuatu yang tidak akan kuberikan kepada ibn Umar. Aku akan berikan kepada seseorang yang lebih berhak keatasnya - Ummu 'Umarah Nusayba bint Ka'b rha." Umar ra kemudian menceritakan bagaimana ketika Peperangan Uhud, beliau mendengar Rasulullah berkata bahawa apabila baginda SAW melihat ke kiri maupun ke kanan, baginda melihat Ummu 'Umarah rha sedang bertarung di hadapan baginda SAW.

Inilah kehidupan Ummu 'Umarah rha, pejuang yang tetap berdiri apabila ramai yang mundur, yang menyuruh anaknya yang cedera parah kembali menyertai peperangan yang sengit, dan yang siap menggadaikan nyawanya demi menyelamatkan Rasulullah SAW. Sebagai balasan, beliau menerima doa agar dijadikan di kalangan sahabat Rasulullah SAW di syurga. Moga Allah SWT merahmati para Muslimah kita dengan keberanian, semangat pengorbanan dan istiqamah yang sedemikian.

Artikel ini telah dipublikasikan dalam majalah Nida'ul Islam, Februari 1998.
Hamzah Qassim

Ummu Abiha

KISAH ISLAM
Panggilan kesayangan bagi Fathimah rha. adalah Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Dia adalah puteri yang mulia dari pemimpin para makhluq, Rasulullah SAW, Abil Qasim, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Dia juga digelari Al-Batuul, yaitu yang memusatkan perhatiannya pada ibadah atau tiada bandingnya dalam hal keutamaan, ilmu, akhlaq, adab, hasab dan nasab. Fathimah rha.lebih muda dari Zainab, isteri Abil Ash bin Rabi' dan Ruqayyah, isteri Utsman bin Affan. Juga dia lebih muda dari Ummu Kultsum. Dia adalah anak yang paling dicintai Nabi SAW sehingga beliau bersabda :"Fathimah rha.adalah darah dagingku, apa yang menyusahkannya juga menyusahkan aku dan apa yang mengganggunya juga menggangguku." (Ibnul Abdil Barr dalam Al-Istii'aab)

Sesungguhnya dia adalah pemimpin wanita dunia dan penghuni syurga yang paling utama, puteri kekasih Robbil'aalamiin, dan ibu dari Al-Hasan dan Al-Husein. Az-Zubair bin Bukar berkata :"Keturunan Zainab telah tiada dan telah sah riwayat, bahwa Rasulullah SAW menyelimuti Fathimah rha.dan suaminya serta kedua puteranya dengan pakaian seraya berkata :"Ya, Allah, mereka ini adalah ahli baitku. Maka hilangkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya." ["Siyar A'laamin Nubala', juz 2, halaman 88]

Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata :"Datang Fathimah rha.kepada Nabi SAW meminta pelayan kepadanya. Maka Nabi SAW bersabda kepadanya : "Ucapkanlah :"Wahai Allah, Tuhan pemilik bumi dan Arsy yang agung. Wahai, Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu yang menurunkan Taurat, Injil dan Furqan, yang membelah biji dan benih. Aku berlindung kepada- Mu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau kuasai nyawanya. Engkau- lah awal dan tiada sesuatu sebelum-Mu. Engkau-lah yang akhir dan tiada sesuatu di atas-Mu. Engkau-lah yang batin dan tiada sesuatu di bawah- Mu. Lunaskanlah utangku dan cukupkan aku dari kekurangan." (HR.Tirmidzi)

Inilah Fathimah rha.binti Muhammad SAW yang melayani diri sendiri dan menanggung berbagai beban rumahnya. Thabrani menceritakan, bahwa ketika kaum Musyrikin telah meninggalkan medan perang Uhud, wanita- wanita sahabah keluar untuk memberikan pertolongan kepada kaum Muslimin. Di antara mereka yang keluar terdapat Fathimah. Ketika bertemu Nabi SAW, Fathimah rha.memeluk dan mencuci luka-lukanydengan air, sehingga darah semakin banyak yangk keluar. Tatkala Fathimah rha.melihat hal itu, dia mengambil sepotong tikar, lalu membakar dan membubuhkannya pada luka itu sehingga melekat dan darahnya berhenti keluar." (HR. Syaikhani dan Tirmidzi)

Dalam kancah pertarungan tampaklah peranan puteri Muslim supaya menjadi teladan yang baik bagi pemudi Muslim masa kini. Pemimpin wanita penghuni Syurga Fathimah Az-Zahra', puteri Nabi SAW, di tengah-tengah pertempuran tidak berada dalam sebuah panggung yang besar, tetapi bekerja di antara tikaman-tikaman tombak dan pukulan- pukulan pedang serta hujan anak panah yang menimpa kaum Muslimin untuk menyampaikan makanan, obat dan air bagi para prajurit. Inilah gambaran lain dari puteri sebaik-baik makhluk yang kami persembahkan kepadada para pengantin masa kini yang membebani para suami dengan tugas yang tidak dapat dipenuhi.

Ali r.a. berkata :"Aku menikahi Fathimah, sementara kami tidak mempunyai alas tidur selain kulit domba untuk kami tiduri di waktu malam dan kami letakkan di atas unta untuk mengambil air di siang hari. Kami tidak mempunyai pembantu selain unta itu." Ketika Rasulullah SAW menikahkannya (Fathimah), beliau mengirimkannya (unta itu) bersama satu lembar kain dan bantal kulit berisi ijuk dan dua alat penggiling gandum, sebuah timba dan dua kendi. Fathimah rha.menggunakan alat penggiling gandum itu hingga melecetkan tangannya dan memikul qirbah (tempat air dari kulit) berisi air hingga berbekas pada dadanya. Dia menyapu rumah hingga berdebu bajunya dan menyalakan api di bawah panci hingga mengotorinya juga. Inilah dia, Az-Zahra', ibu kedua cucu Rasulullah SAW :Al-Hasan dan Al-Husein. Fathimah rha.selalu berada di sampingnya, maka tidaklah mengherankan bila dia meninggalkan bekas yang paling indah di dalam hatinya yang penyayang. Dunia selalu mengingat Fathimah rha., "ibu ayahnya, Muhammad", Al- Batuul (yang mencurahkan perhatiannya pada ibadah), Az-Zahra' (yang cemerlang), Ath-Thahirah (yang suci), yang taat beribadah dan menjauhi keduniaan. Setiap merasa lapar, dia selalu sujud, dan setiap merasa payah, dia selalu berdzikir.

Imam Muslim menceritakan kepada kita tentang keutamaan-keutamaannya dan meriwayatkan dari Aisyah' r.a. dia berkata : "Pernah isteri-isteri Nabi SAW berkumpul di tempat Nabi SAW. Lalu datang Fathimah rha.sambil berjalan, sedang jalannya mirip dengan jalan Rasulullah SAW. Ketika Nabi SAW melihatnya, beliau menyambutnya seraya berkata :"Selamat datang, puteriku." Kemudian beliau mendudukkannya di sebelah kanan atau kirinya. Lalu dia berbisik kepadanya. Maka Fathimah rha.menangis dengan suara keras. Ketika melihat kesedihannya, Nabi SAW berbisik kepadanya untuk kedua kalinya, maka Fathimah rha.tersenyum. Setelah itu aku berkata kepada Fathimah rha.:Rasulullah SAW telah berbisik kepadamu secara khusus di antara isteri-isterinya, kemudian engkau menangis!" Ketika Nabi SAW pergi, aku bertanya kepadanya :"Apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu ?" Fathimah rha.menjawab :"Aku tidak akan menyiarkan rahasia Rasul Allah SAW." Aisyah berkata :"Ketika Rasulullah SAW wafat, aku berkata kepadanya :"Aku mohon kepadamu demi hakku yang ada padamu, ceritakanlah kepadaku apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu itu ?" Fathimah rha.pun menjawab :"Adapun sekarang, maka baiklah. Ketika berbisik pertama kali kepadaku, beliau mengabarkan kepadaku bahwa Jibril biasanya memeriksa bacaannya terhadap Al Qur'an sekali dalam setahun, dan sekarang dia memerika bacaannya dua kali. Maka, kulihat ajalku sudah dekat. Takutlah kepada Allah dan sabarlah. Aku adalah sebaik-baik orang yang mendahului-mu." Fathimah rha.berkata :"Maka aku pun menangis sebagaimana yang engkau lihat itu. Ketika melihat kesedihanku, beliau berbisik lagi kepadaku, dan berkata :"Wahai, Fathimah, tidakkah engkau senang menjadi pemimpin wanita-wanita kaum Mu'min atau ummat ini ?" Fathimah rha.berkata :"Maka aku pun tertawa seperti yang engkau lihat."

Inilah dia, Fathimah Az-Zahra'. Dia hidup dalam kesulitan, tetapi mulia dan terhormat. Dia telah menggiling gandum dengan alat penggiling hingg berbekas pada tangannya. Dia mengangkut air dengan qirbah hingga berbekas pada dadanya. Dan dia menyapu rumahnya hingg berdebu bajunya. Ali r.a. telah membantunya dengan melakukan pekerjaan di luar. Dia berkata kepada ibunya, Fathimah binti Asad bin Hasyim :"Bantulah pekerjaan puteri Rasulullah SAW di luar dan mengambil air, sedangkan dia akan bekerja di dalam rumah :yaitu membuat adonan tepung, membuat roti dan menggiling gandum." Tatkala suaminya, Ali, mengetahui banyak hamba sahaya telah datang kepada Nabi SAW, Ali berkata kepada Fathimah, "Alangkah baiknya bila engkau pergi kepada ayahmu dan meminta pelayan darinya." Kemudian Fathimah rha.datang kepada Nabi SAW. Maka beliau bertanya kepadanya :"Apa sebabnya engkau datang, wahai anakku ?" Fathimah rha.menjawab :"Aku datang untuk memberi salam kepadamu." Fathimah rha.merasa malu untuk meminta kepadanya, lalu pulang. Keesokan harinya, Nabi SAW datang kepadanya, lalu bertanya : "Apakah keperluanmu ?" Fathimah rha.diam. Ali r.a. lalu berkata :"Aku akan menceritakannya kepada Anda, wahai Rasululllah. Fathimah menggiling gandum dengan alat penggiling hingga melecetkan tangannya dan mengangkut qirbah berisi air hingga berbekas di dadanya. Ketika hamba sahaya datang kepada Anda, aku menyuruhnya agar menemui dan meminta pelayan dari Anda, yang bisa membantunya guna meringankan bebannya." Kemudian Nabi SAW bersabda :"Demi Allah, aku tidak akan memberikan pelayan kepada kamu berdua, sementara aku biarkan perut penghuni Shuffah merasakan kelaparan. Aku tidak punya uang untuk nafkah mereka, tetapi aku jual hamba sahaya itu dan uangnya aku gunakan untuk nafkah mereka." Maka kedua orang itu pulang. Kemudian Nabi SAW datang kepada mereka ketika keduanya telah memasuki selimutnya. Apabila keduanya menutupi kepala, tampak kaki-kaki mereka, dan apabila menuti kaki, tampak kepala-kepala mereka. Kemudian mereka berdiri. Nabi SAW bersabda :"Tetaplah di tempat tidur kalian. Maukah kuberitahukan kepada kalian yang lebih baik daripada apa yang kalian minta dariku ?" Keduanya menjawab :"Iya." Nabi SAW bersabda: "Kata-kata yang diajarkan Jibril kepadaku, yaitu hendaklah kalian mengucapkan : Subhanallah setiap selesai shalat 10 kali, Alhamdulillaah 10 kali dan Allahu Akbar 10 kali. Apabila kalian hendak tidur, ucapkan Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali dan takbir (Allahu akbar) 33 kali."

Dalam mendidik kedua anaknya, Fathimah rha.memberi contoh : Adalah Fathimah rha.menimang-nimang anaknya, Al-Husin seraya melagukan :"Anakku ini mirip Nabi, tidak mirip dengan Ali." Dia memberikan contoh kepada kita saat ayahandanya wafat. Ketika ayahnya menjelang wafat dan sakitnya bertambah berat, Fathimah rha.berkata : "Aduh, susahnya Ayah!" Nabi SAW menjawab :"Tiada kesusahan atas Ayahanda sesudah hari ini." Tatkala ayahandanya wafat, Fathimah rha.berkata :

"Wahai, Ayah, dia telah memenuhi panggilang Tuhannya. Wahai, Ayah, di surga Firdaus tempat tinggalnya. Wahai, Ayah, kepada Jibril kami sampaikan beritanya."

Fathimah rha.telah meriwayatkan 18 hadits dari Nabi SAW. Di dalam Shahihain diriwayatkan satu hadits darinya yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim dalam riwayat Aisyah. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud. Ibnul Jauzi berkata: "Kami tidak mengetahui seorang pun di antara puteri-puteri Rasulullah SAW yang lebih banyak meriwayatkan darinya selain Fathimah rha."

Imam Adz-Dzhabi telah meriwayatkan bahwa Fathimah rha. pernah mengeluh kepada Asma' binti Umais tentang tubuh yang kurus. Dia berkata : "Dapatkah engkau menutupi aku dengan sesuatu ?" Asma' menjawab :"Aku melihat orang Habasyah membuat usungan untuk wanita dan mengikatkan keranda pada kaki-kaki usungan." Maka Fathimah rha.menyuruh membuatkan keranda untuknya sebelum dia wafat. Fathimah rha.melihat keranda itu, maka dia berkata :"Kalian telah menutupi aku, semoga Allah menutupi aurat kalian." (Siyar A'laamin Nubala). Semacam itu juga dari Qutaibah bin Said ...dari Ummi Ja'far.

Ibnu Abdil Barr berkata : "Fathimah adalah orang pertama yang dimasukkan ke keranda pada masa Islam." Dia dimandikan oleh Ali dan Asma', sedang Asma' tidak mengizinkan seorang pun masuk. Ali r.a. berdiri di kuburnya dan berkata : Setiap dua teman bertemu tentu akan berpisah dan semua yang di luar kematian adalah sedikit kehilangan satu demi satu adalah bukti bahwa teman itu tidak kekal Semoga Allah SWT meridhoinya. Dia telah memenuhi pendengaran, mata dan hati. Dia adalah 'ibu dari ayahnya (Ummu Abiha)', orang yang paling erat hubungannya dengan Nabi SAW dan paling menyayanginya.

Ketika Nabi SAW terluka dalam Perang Uhud, dia keluar bersama wanita-wanita dari Madinah menyambutnya agar hatinya tenang. Ketika melihat luka-lukanya, Fathimah rha.langsung memeluknya. Dia mengusap darah darinya, kemudian mengambil air dan membasuh mukanya. Betapa indah situasi di mana hati Muhammad SAW berdenyut menunjukkan cinta dan sayang kepada puterinya itu. Seakan-akan kulihat Az-Zahra' a.s. berlinang air mata dan berdenyut hatinya dengan cinta dan kasih sayang. Selanjutnya, inilah dia, Az-Zahra', puteri Nabi SAW, puteri sang pemimpin. Dia memberi contoh ketika keluar bersama 14 orang wanita, di antara mereka terdapat Ummu Sulaim binti Milhan dan Aisyah Ummul Mu'minin rha. dan mengangkut air dalam sebuah qeribah dan bekal di atas punggungnya untuk memberi makan kaum Mu'minin yang sedang berperang menegakkan agama Allah SWT.

Umar r.a di Malam Hari

KISAH ISLAM
Abu Nu'aim mengeluarkan dari Al-Auza'y, bahwa Umar bin Al-Khaththab ra. pernah keluar di tengah kegelapan malam. Secara kebetulan Thalhah ra. melihatnya. Umar segera pergi. Dia memasuki rumah demi rumah untuk melihat keadaan para penghuninya. Keesokan harinya Thalhah mengunjungi sebuah rumah, yang dihuni seorang perempuan tua yang tidak mampu berjalan karena penyakit yang dideritanya.

"Ada urusan apa orang laki-laki itu mendatangimu semalam?" tanya Thalhah ra.

Wanita tua itu menjawab, "Sudah sejak lama dia berbuat seperti itu. Dia seialu mengunjungiku dan melayani semua keperluab dan menghibur segala kesedihanku.'

Thalhah ra. berkata sendiri, 'Celaka kau wahai Thalhah, karena engkau selalu kalah dengan Umar."

(Al-Hilyah, 1:48)

Tuduhan Yahudi Terhadap Perkahwinan Nabi SAW

KISAH ISLAM
Umar, maula Ghufra berkata, "Ketika orang-orang Yahudi melihat Rasulullah SAW banyak menikahi wanita, maka mereka berkata, 'Lihatlah orang itu (Rasulullah SAW), yang tidak terpuaskan oleh makanan. Dan demi Allah, dia hanya tertarik kepada wanita!' Mereka benci Nabi SAW karena jumiah istrinya yang banyak dan mereka mencela beliau atas hal itu, dengan mengatakan, 'Jika dia memang Nabi, dia tidak akan mempunyai keinginan terhadap wanita.' Di antara mereka, yang paling hebat mencela Nabi SAW adalah Huyay bin Akhtab.

Allah membuktikan kedustaan mereka, dan memberitahukan kepada mereka tentang karunia Allah kepada RasulNya. Dan kedudukannya yang tinggi di sisi Allah ta'ala. Allah berfirman,

'Ataukah mereka dengki kepada manusia karena karunia yang telah Allah berikin kepada manusia itu?'(QS 4: 54)

Siapa yang mengamati kehidupan Rasulullah SAW, tentu dapat mengetahui dengan pasti, bahwa perkawinan beliau dengan sekian banyak wanita ini, justru pada masa-masa akhir hidup beliau, setelah melewati 30 tahun bertahan bersama wanita yang lebih tua, yaitu Khadijah, tentu berkesimpulan bahwa perkawinan beliau ini tidak sekedar didorong gejolak kepuasan, tetapi ada berbagai tujuan yang hendak diraih dengan perkawinan tersebut. Tujuan yang dapat diketahui, dari menikahi Aisyah dan Hafshah, putri sahabat kental Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar ra., dan mengapa beliau menikahkan putri beliau, Fathimah dengan Ali bin Abu Thalib, menikahkan Ruqayyah dan disusul Ummu Kultsum dengan Utsman bin Affan, mengisyaratkan bahwa beliau ingin menjalin hubungan yang sangat erat dengan keempat orang tersebut, yang dikenal paling banyak berkorban untuk agama.

Di antara tradisi bangsa Arab ialah menghormati hubungan besan. Menurut anggapan mereka, mencela dan memusuhi besan adalah suatu aib. Maka dengan menikahi beberapa wanita yang menjadi Ummahatul Mukminin, Rasulullah SAW ingin menghilangkan permusuhan dan memadamkan api kemarahan beberapa kabilah terhadap Islam. Setelah Ummu Salamah dari Bani Makhzum, yang sekampung dengan Abu Jahl dan Khalid bin Walid, dinikahi oleh Rasulullah SAW, hal itu membuat sikap Khalid bin Walid tidak seganas sikapnya ketika di Uhud. Bahkan akhirnya ia pun masuk islam. Begitu pula Abu Sufyan yang tidak berani bermusuhan dengan Nabi SAW, setelah Nabi SAW menikahi putrinya, Ummu Habibah. Begitu pula setelah beliau menikahi Juwairiyah dan Shafiyah, maka Bani Musthaliq dan Bani Nadhir, tidak lagi melancarkan permusuhannya. Bahkan Juwairiyah merupakan wanita yang paling banyak mendatangkan barakah bagi kaumnya. Setelah dia dinikahi Rasulullah SAW, para sahabat membebaskan seratus keluarga dari kaumnya.

Tentang Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

KISAH ISLAM
Dari Abu Hurairah ra., Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa mengajak kepada suatu kebaikan, maka ia mendapat pahala seperti orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi sedikitpun pahala-pahala mereka. Dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia akan mendapat dosa seperti orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi sedikitpun dosa-dosa mereka." (H.R. Muslim)

Dari Ibnu Mas'ud ra., berkata Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang menunjukkan suatu kebaikan maka ia mendapat pahala seperti orang yang mengerjakannya." (H.R. Muslim)

Abu Sa'id Al-Khudry ra., berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa di antara kamu sekalian melihat suatu kemunkaran, maka hendaklah ia merubah dengan kekuasaannya, kalau tidak mampu maka dengan tegurannya, dan kalau tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan yang terakhir adalah selemah-lemahnya iman." (H.R. Muslim)

Dari Ibnu Mas'ud ra., bahwasanya Rasulullah ASW. bersabda: "Tidak seorang nabi pun yang diutus Allah kepada suatu ummat sebelumku kecuali ia mempunyai penolong-penolong setia dan kawan-kawan yang senantiasa mengikuti sunnahnya dan mentaati perintahnya, kemudian sesudah periode mereka timbullah penyelewengan dimana mereka mengucapkan apa yang tidak mereka kerjakan dan mereka mengerjakan apa yang tidak diperintahkan. Maka barang siapa yang memerangi mereka dengan kekuasaannya maka ia adalah orang yang beriman, barang siapa yang memerangi mereka dengan ucapannya, maka ia adalah orang yang beriman dan barang siapa yang memerangi mereka dengan hatinya, maka ia adalah seorang yang beriman juga; selain dari itu tidaklah ada padanya rasa iman walau hanya sebiji sawi." (H.R. Muslim)

Abu Bakr Ash-Shiddiq ra., berkata: " Wahai sekalian manusia sesungguhnya kalian membaca ayat ini : 'Yaa ayyuhal ladziina aamnuu 'alaikum anfusakum laa yadhurrukum man dhalla idzahtadaitum.' (Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu masing-masing, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu jika kamu telah mendapat petunjuk). Dan sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah SAW. bersabda: "Bahwasanya manusia itu bila mengetahui orang berbuat zhalim kemudian mereka tidak mengambil tindakan, maka Allah akan meratakan siksaan kepada mereka semua." (H.R. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa'i)

Dari hudzaifah ra., Rasulullah SAW bersabda: "Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam kekuasaanNya, kamu harus sungguh-sungguh menyuruh kebaikan dan mencegah kemunkaran, kalau tidak Allah akan menurunkan siksaan kepadamu, kemudian kamu berdoa kepadaNya, maka tidak akan dikabulkan doamu itu." (H.R. Tirmidzi)

Ibnu Mas'ud berkata: " Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda: "Semoga Allah memberi cahaya berkilau-kilau kepada seseorang yang mendengar sesuatu dariku kemudian ia menyampaikan sebegaimana yang ia dengar, karena banyak orang yang disampaikan kepadanya (sesuatu itu) lebih menerima daripada orang yang mendengarnya sendiri." (H.R. Tirmidzi)

Abu Zaid Usamah bin Haritsah ra., berkata: "Saya mendengar Rasulullah bersabda: "Pada hari kiamat kelak ada seseorang yang digiring lantas dilemparkan ke dalam neraka, seluruh isi perutnya keluar lalu berputar-putar seperti berputar-putarnya keledai di kincir, kemudian seluruh penghuni neraka berkumpul mengerumuninya, lantas menegur: "Wahai Fulan, apa yang terjadi padamu, apakah kemu tidak beramar ma'ruf dan nahi munkar?" Ia menjawab: "Ya saya menganjurkan kebaikan tetapi saya sendiri tidak menjalankannya, dan saya melarang kemunkaran tetapi saya sendiri malah mengerjakannya." (H.R. Bukhari & Muslim).

Dari Abu Sa'id Al-Khudry ra., Rasulullah SAW bersabda: "Jauhilah olehmu sekalian duduk di jalan-jalan." Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah kami tidak bisa meninggalkan tempat duduk kami (di jalan) itu dimana kami berbincang-bincang di sana." Rasulullah menjawab: "Apabila kamu sekalian enggan untuk tidak duduk di sana maka penuhilah hak jalan itu." Para shahabat bertanya: "Apakah hak jalan itu ya Rasullah." Beliau menjawab: "Yaitu memejamkan mata, membuang kotoran, menjawab salam serta menyuruh kebaikan dan mencegah kemunkaran." (H.R. Bukhari dan Muslim)

Surat Umar bin Khathab ra.

KISAH ISLAM
Sebuah riwayat diambil dari Al Bidayah wan Nihayah nya Ibnu Katsir bahwa Umar ibn al Khatthab ra. Telah mengirim pasukan muslim di bawah pimpinan Sa'ad bin Abi Waqas yang dikirim untuk menaklukkan Parsi. Ia (Umar ra.) menulis sepucuk surat kepadanya, sebagai berikut:

"Saya memerintahkan engkau dan pasukanmu untuk takut kepada Allah pada setiap saat karena taqwa adalah senjata terbaik menghadapi musuh dan strategi terbaik dalam peperangan. Dan saya memerintahkannmu dan pasukanmu untuk takut melanggar perintah Allah SWT lebih dari ketakutanmu terhadap musuhmu. Jika sebuah pasukan lebih takutkan berbuat dosa dari pada musuh mereka, Allah SWT akan memberikan kemenangan, untuk orang Muslim kemenangan adalah hasil dari ketidak taatan orang-orang kafir kepada Allah SWT. Ingatlah bahwa tidak ada kekuatan kecuali bersama Allah walaupun mereka selalu lebih banyak dari kita dan memiliki persenjataan serta perlengkapan yang lebih baik. Jika kita sama seperti mereka dalam ketidak taatan kepada Allah SWT, mereka akan menaklukkan kita dengan senjata mereka yang lebih hebat dan jika tidak kita taklukkanlah mereka dengan adil, kita tidak dapat menaklukkan mereka dengan kekuatan.
Kalian harus belajar bahwa kalian memiliki beberapa Malaikat bersama dengan kalian yang melindungi kalian dan amal kalian. Jadi berhati-hatilah dan jangan melakukan suatu dosa ketika kalian sedang berjuang dijalan Allah SWT. Dan jangan jangan menganggap musuh kita lebih jelek dan mereka tidak dapat mendapat kemenangan dari kita walaupun mereka melakukan perbuatan dosa. Banyak bangsa yang telah jatuh ke tangan bangsa yang lain yang mereka kurang memiliki keyakinan sebagaimana Bangsa Magi yang mendapat kemenangan dari Bani Israil ketika mereka melakukan perbuatan dosa.
Kalian harus meminta kepada Allah SWT kemenangan terhadap diri kalian sendiri sebagaimana kamu meminta kemenangan terhadap musuhmu.
Mintalah kepada Allah SWT untuk kami dan kamu sekalian".

Surat Balasan Heraklius

KISAH ISLAM
Di dalam versi yang dikeluarkan oleh Abdullah bin Ahmad dan Abu Ya'la dari Said bin Abu Rasyid, katanya: Aku pernah menemui orang Tanukhi (dari negeri Tanukh) yang menjadi utusan Heraklius kepada Rasulullah SAW di Himsh (Syam), dan ketika itu dia seorang yang sudah sangat tua, dan dia tetanggaku maka aku berkata kepadanya:

"Bolehkah engkau ceritakan kepadaku tentang surat kiriman Heraklius kepada Nabi SAW dan surat Beliau yang dikirimkan kepada Heraklius", aku membujuknya. "Boleh", jawabnya singkat. Orang tua itu lalu bercerita, katanya: Bila Rasulullah SAW tiba di Tabuk, Beliau mengutus Dihyah Al-Kalbi ra. kepada Heraklius, pembesar Romawi. Apabila surat Rasulullah SAW itu sampai ke tangan Heraklius, dipanggilnya semua rahib-rahib gereja dan pendetanya. Bila semua mereka telah hadir ditutupnya semua pintu-pintu, dan tinggallah kami bersama dengannya.

Heraklius berkata: "Utusan ini datang kepada kita, sebagaimana kamu sekalian melihatnya, dan dia menyeruku untuk memilih salah satu dari tiga perkara berikut: Dia menyeruku untuk mengikuti agamanya, ataupun membayar upeti Jizyah dari hasil negeri kita, sedang negeri ini tetap di bawah kekuasaan kita, ataupun kita menemui mereka di medan perang! Demi Allah, kamu semua telah mengetahui dari apa yang kamu baca di dalam kitab-kitab kamu, bahwa kamu akan dikalahkannya. Maka lebih baiklah, kita mengikut agamanya, ataupun kita berikan saja upeti dari hasil harta kita"! Semua yang berkumpul di situ tidak senang dengan kata-kata Heraklius itu, muka mereka merah padam kerana marah.

Mereka berkata: "Apakah engkau mengajak kita untuk meninggalkan agama Kristen, supaya kita menjadi hamba kepada si orang badui yang datang dari negeri Hijaz itu?" Heraklius terkejut mendengar tentangan keras dari ahli-ahli agama itu. Dia kini yakin, bila mereka keluar dari pertemuan itu, tentu mereka akan sebarkan berita itu di luar kepada penguasa-penguasa negara, dan tentulah dia akan diturunkan dari kerajaannya. Maka segeralah dia berkelit: "Eh, nanti dulu! Jangan terburu nafsu!" kata Heraklius mempertahankan dirinya. "Sebenarnya aku katakan begitu hanya untuk menguji pendirian kamu, apakah kamu tetap teguh atas agama kamu itu?!" sambungnya lagi.

Kemudian Heraklius memanggil seorang Arab berbangsa Tujib yang memang menganut agama Nasrani dari kaum Arab Kristen, lalu dia memerintahkan: "Tolong carikan bagiku", kata Heraklius, "seorang yang pandai berbicara bahasa Arab, yang lidahnya lidah orang Arab. Bawa dia ke mari untuk membawa surat jawabanku kepada si orang badui itu".

Berkata orang tua dari Tanukhi itu memberitakan peristiwa lama yang dialaminya, katanya: "Aku pun dibawa kepada Heraklius lalu dia menyerahkan kepadaku sepucuk surat yang ditulis di atas tulang, lalu dia berkata pula: "Bawalah suratku ini kepada orang yang mengaku Nabi itu", kata Heraklius. "Tetapi dengar baik-baik apa yang dikatakannya, dan ingat tiga hal berikut ini, jika dia sebutkan.

Perhatikan jika dia menyebut sesuatu tentang surat yang dikirimkan kepadaku, dengar apa komentarnya? Perhatikan bila dibacakan suratku kepadanya, apakah dia akan menyebut perkataan malam! atau tidak? Dan yang terakhir, coba berusaha sampai engkau dapat melihat di belakang tubuhnya, adakah suatu tanda yang menarik perhatianmu?! Ingat baik-baik tiga perkara ini, dan beritahu apa yang engkau lihat kepadaku!" pesan Heraklius dengan hati-hati.

Aku pun berangkat pergi membawa surat Heraklius itu, hingga aku tiba di Tabuk. Di situ aku bertanya kepada para sahabatnya: "Di mana ketua kamu, yang dikatakan Nabi?" tanyaku. "Di sana itu! Yang sedang duduk dikelilingi orang", jawab mereka. Aku lihat Nabi SAW itu sedang duduk di tepi takungan Air, di mana dia telah dikelilingi oleh para sahabatnya. Aku pun maju ke depan, lalu mereka memberikanku tempat di depannya, bila diketahuinya aku datang sebagai utusan dari Heraklius. Aku pun menyerahkan surat itu kepadanya, dan diletakkan surat itu di atas pangkuannya.

Kemudian dia berkata kepadaku: "Dari mana engkau?" "Aku orang Tanukh!" jawabku. "Maukah engkau kembali kepada agama yang suci dari kepercayaan nenek moyang kamu Ibrahim (AS)?" tanya Nabi SAW kepadaku. "Aku ini utusan sebuah negara dan menganut agama negara itu, tidaklah wajar aku mengubah agamaku ini sehinggalah aku kembali kepada mereka dulu!" jawabku dengan jujur. "Memang benar Tuhan telah mengatakan: Sesungguhnya engkau, hai Muhammad, tidak mampu memberikan petunjuk kepada siapa yang engkau suka, akan tetapi Allah-lah yang akan memberikan petunjuk itu kepada siapa yang disukai-Nya, dan Dia adalah lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk itu!" Nabi SAW terlihat kesal sekali, apabila orang menolak untuk menerima Islam. Aku berdiam diri saja, tidak tahu apa yang mesti aku katakan lagi.

"Hai saudara dari Tanukh!" tiba-tiba Nabi SAW menyeruku. "Aku telah menulis surat kepada Kisra (Pembesar Parsi), lalu suratku dikoyak-koyakkannya, kelak Allah akan mengoyak-ngoyakkannya dan kerajaannya", Nabi SAW berdiam sebentar. Kemudian menyambung lagi: "Dan aku menulis surat kepada Pembesarmu, maka dia masih ragu-ragu lagi, dan orang ramai masih boleh membuat alasan (tidak tahu) selama kehidupan mereka aman tenteram". Nabi SAW berhenti sebentar.

Mendengar ucapan Beliau tadi aku berkata kepada diriku: Nah, salah satu dari tiga yang dipesan oleh Heraklius supaya aku ingat baik-baik. Aku pun keluarkan sarung isi panahku, lalu aku catat pada kulitnya. Kemudian Beliau menyerahkan surat Heraklius itu kepada seorang yang duduk di kirinya untuk dibacakannya. Aku lalu membisik orang yang di sebelahku bertanya: "Siapa dia orang yang akan membaca surat Heraklius itu?" "Mu'awiyah!" jawab mereka.

Tiba-tiba dalam surat pembesarku Heraklius ada sebutan mengajak ke syurga yang luasnya seluas petala langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa". Kemudian ada bertanya: "Di mana letaknya neraka? Bila mendengar saja bunyi pertanyaan itu, Nabi SAW pun menjawab: "Subhanallah!, ajaib sekali pertanyaan ini?!" ujar Nabi SAW "Jadi di manakah malam bila datang siang?!" tanya Beliau. Aku berkata pada diriku: Ini satu lagi dari ucapan Beliau yang mesti aku catat. Beliau telah menyebut malam, yang mesti aku sampaikan kepada Heraklius nanti. Sesudah selesai dibacakan kepada Beliau surat yang aku bawa itu, Beliau lalu berkata kepadaku: "Engkau patut diberi hadiah kerana engkau utusan kepada kami", ujar Beliau. "Kalau kami ada hadiah, tentu kami akan berikan kepadamu. Akan tetapi kami sekalian adalah orang-orang musafir yang memyimpan bekal yang terbatas", jelas Beliau.

Tiba-tiba terdengar suatu suara dari hadapan Beliau, suara salah seorang sahabatnya: "Aku yang akan memberikannya hadiah, jika engkau benarkan, ya Rasulullah!" Orang itu lalu mengeluarkan dari bungkusannya sepasang pakaian kuning dan diletakkannya di pangkuannya. Lalu aku bertanya ingin tahu: "Siapa yang menghadiahkanku pakaian ini?" "Usman!" jawab mereka. Kemudian Rasulullah SAW berkata pula: "Siapa suka menerima orang ini sebagai tamunya?" "Saya!" kata seorang pemuda dari kaum Anshar. Orang Anshar itu pun bangun mengajak aku pergi.

Apabila aku hampir meninggalkan majlis Nabi SAW itu, Beliau memanggilku pula seraya berkata: "Hai saudara dari Tanukh!", kata Nabi SAW. Aku pun segera mendekatinya sehingga aku berdiri di sisinya. Beliau lalu menarik pakaiannya sehingga terbuka bagian belakangnya, sambil berkata kepadaku: "Mari ke sini, tunaikanlah tugasmu, sebagaimana yang disuruh oleh tuanmu!" kata Beliau. Maka terlihatlah padaku apa yang bertanda di belakang badannya itu, yaitu semacam cap (khatamun-nubuwah) di bagian atas bahunya seperti tanda bulat

(Al-Haitsami: Ma'ma'uz-Zawa'id 8:235-236; Al-Bidayah Wan-Nihayah 5:15)

Sifat-Sifat Para Sahabat (2)

KISAH ISLAM
Abu Nu'aim telah mengeluarkan dari Abu Saleh, katanya: Pernah Dhirar bin Dhamrah Al-Kinani datang kepada Mu'awiyah, lalu Mu'awiyah berkata kepadanya: Sifatkanlah kepada aku tentang diri Ali itu? Maka berkata Dhirar: Apakah engkau akan memaafkanku nanti, hai Amirul Mukminin? Jawab Mu'awiyah: Baiklah, aku tidak marah kepadamu. Berkata Dhirar: Kalau sudah semestinya aku sifatkan, maka Ali itu, demi Allah, adalah jauh pandangannya, teguh cita-citanya, kata-katanya pemutus, hukumannya adil, ilmu terpancar dari sekitarannya, dan hikmat terus berbicara dari liku-likunya. Dia sentiasa membelakangi dunia dan kemewahannya, selalu menyambut kedatangan malam dan kegelapannya.
Dia, demi Allah, adalah kaya dalam ibaratnya, jauh pemikirannya, mengangkat kedua tangan seraya berkata-kata kepada dirinya. Pakaian yang kasar itulah yang selalu dipakainya, dan makanan yang rendah itulah yang sentiasa dimakannya. Dia tidak berbeza dengan salah seorang kami. Dia akan mengajak duduk bersamanya bila kami datang, dan sering menyahut bila kami menadah tangan. Meskipun dia terlalu akrab dengan kami, dan selalu duduk bersama-sama kami, namun tidak pernah berkata-kata dengan kami melainkan dengan penuh kehebatan. jika dia tersenyum, maka senyumannya umpama mutiara yang berkilau-kilauan. Dia selalu menghormati ahli agama, suka mendampingkan diri kepada orang miskin. Orang yang kuat tidak berharap akan terlepas dari kesalahannya, dan orang yang lemah tidak putus asa dari keadilannya.
Aku bersaksi bahwa aku telah melihatnya dalam keadaan yang sungguh mengharukan yakni ketika malam telah menabiri alam dengan kegelapannya, dan bintang-bintang menyiramkan sekitaran dengan cahayanya padahal dia masih tetap duduk di mihrab tempat sembahyangnya, tangannya terus menggenggam janggutnya, dia kelihatan sangat gelisah seperti gelisahnya orang yang menanggung perkara yang besar, dan dia menangis, seperti tangisannya seorang yang patah hati.
Telingaku masih terngiang-ngiangkan suaranya sekarang yang mengatakan:
Tuhanku! ya Tuhanku! Dia terus bermunajat kepadanya dengan mengadukan hal yang berbagai macam. Setelah itu, dia berkata pula kepada Dunia: Apakah tiada selainku yang engkau hendak perdayakan? Kenapa kepadaku engkau datang? Jauh panggang dari api! Pergilah perdayalah selain aku! Aku telah menceraikanmu. karena umurmu sangat pendek, kedudukanmu sangat hina, dan bahayamu mudah berlaku. Ah ... ah! Sangat sedikit bekalan yang di tangan, padahal pelayaran masih amat jauh, dan penuh dengan keharuan dan kedahsyatan!
Mendengar ratapan itu, Mu'awiyah tidak tertahan dirinya, dia terus menangis, dan air matanya menetes jatuh ke atas janggutnya. Dia segera mengelapnya dengan ujung pakaiannya. Orang-orang yang di majelisnya turut terharu sambil menangis. Mu'awiyah lalu berkata: "Memang benarlah apa yang engkau katakan tentang si bapak Hasan itu, moga-moga Allah merahmatinya. Tetapi, bagaimana engkau dapati dirimu dengan kehilangannya, hai Dhirar?!". Jawab Dhirar: "Kesedihanku atas kehilangannya umpama kesedihan orang yang dibunuh anaknya di hadapan matanya sendiri, air matanya tidak akan mengering, dan pilu hatinya tidak akan terlenyap". Kemudian Dhirar pun bangun dari majelis itu dan pergi meninggalkan Mu'awiyah dengan kawan-kawannya.
Cerita yang sama dikeluarkan juga oleh Ibnu Abdil Bar dari Al-Hirmazi, seorang lelaki dari suku Hamdan, yang menukil cerita itu dari Dhirar As-Shuda'i sendiri dengan ringkas. (Al-Isti'ab 5:44)

Abu Nu'aim mengeluarkan dari Qatadah, katanya: Pernah Ibnu Umar ra. ditanya: "Apakah para sahabat Nabi SAW pernah tertawa?". Jawabnya: "lya, akan tetapi iman yang bersarang di dalam hati mereka lebih memuncak dari tingginya gunung!" (Hilyatul-Auliya' 1:311)
Hannad pula telah mengeluarkan dari Said bin Umar Al-Qurasyi, bahwa Umar ra. pernah melihat satu rombongan yang datang dari negeri Yaman, yang tinggal di dalam sebuah kemah yang terbuat dari kulit, lalu dia berkata: Barangsiapa yang mau melihat contoh dari kehidupan para sahabat Rasulullah SAW, maka lihatlah kepada orang-orang ini! (Kanzul Ummal 7:165)

Al-Hakim pula telah mengeluarkan dari Abu Said Al-Maqburi, katanya: Apabila Abu Ubaidah ra. ditikam orang, dia lalu menyuruh Mu'az, katanya: Hai Mu'az! Shalatlah engkau dengan orang ramai!". Mu'az pun mengimami mereka. tidak berapa lama Abu Ubaidah ra. pun meninggal dunia. Maka Mu'az ra. pun berdiri di hadapan orang ramai berpidato: "Wahai sekalian manusia! Bertaubatlah kepada Allah dari semua dosa-dosa kamu dengan taubat nashuha! karena setiap hamba Allah yang menemui Allah dalam keadaan bertaubat dari dosa-dosanya, melainkan dia akan diampunkan Allah!".
Kemudian dia menyambung pidatonya lagi: "Wahai manusia! Sesungguhnya kamu sekalian telah kehilangan seorang tokoh, yang demi Allah, aku belum pernah melihat seorang hamba Allah sepertinya. Dia meskipun umurnya pendek, namun hatinya suci, tiada suka mengkhianati orang, sangat cinta kepada akhirat, sangat mengambil berat kepada urusan rakyat! Mohonkanlah doa sebanyaknya untuknya, dan keluarlah nanti ke tanah lapang untuk shalat ke atasnya! Demi Allah, kamu tidak bakal menemui seorang sepertinya lagi buat selama-lamanya! Kemudiab ramai manusia telah berkumpul untuk mengiringi jenazah Abu Ubaidah ra. ke tanah lapang. Mu'az ra. shalat ke atasnya bersama-sama orang ramai, kemudian mengiringi jenazahnya ke kuburan.
Mu'az bin Jabal, Amru bin Al-Ash dan Adh-Dhahhak bin Qais turut menurunkan jenazah itu ke dalam liang lahadnya, kemudian ditimbunkan tanah ke atas kubur itu. Ketika itu Mu'az bin Jabal berseru: "Hai Abu Ubaidah! Aku tetap akan memuji-mujimu, dan aku tidak berkata yang dusta, karena aku bimbang akan ditimpa kemurkaan Allah, jika aku berdusta. Hai Abu Ubaidah! Demi Allah, engkau sebenarnya tergolong orang yang banyak berzikir kepada Allah, tergolong orang yang berjalan di atas muka bumi ini dengan merendah diri, yang jika diajak bicara oleh orang-orang yang jahil (bodoh), dia akan mengatakan'selamatlah untukmu!', dan engkau juga termasuk orang yang bila bersedekah, tidak pernah boros atau kikir, bahkan senantiasa sederhana antara kedua segi itu, dan engkau demi Allah, termasuk orang yang selalu beramah-tamah, merendahkan diri, suka membelas-kasihani anak yatim dan orang miskin, dan sangat membenci orang yang berkhianat dan mengangkat diri! (Al-Mustadrak 3:264)

Sifat-Sifat Para Sahabat (1)

KISAH ISLAM
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim telah mengeluarkan berita ini dari As-Suddi dalam maksud firman Allah ta'ala: "Kamu adalah sebaik-baik ummat yang dikeluarkan kepada manusia..." (Ali Imran: 110). Berkata Umar bin Al-Khatthab ra.: Jika Allah berkehendak niscaya Dia telah mengatakan Antum, yang termasuk semua kita. Akan tetapi Allah ta'ala mau mengkhususkan Kuntum itu hanya buat para sahabat Nabi Muhammad SAW semata dan siapa yang membuat seperti yang dibuat oleh mereka saja, yang bakal menjadi sebaik-baik ummat yang dikeluarkan bagi manusia.

Tersebut pada Ibnu Jarir lagi yang meriwayatkannya dari Qatadah ra. katanya: Diberitakan kepada kami bahwa Umar bin Al-Khatthab ra. pemah membaca ayat Kuntum khaira ummatin... kemudian dia berkata kepada orang ramai: "Hai manusia! Siapa yang mau dikategorikan ke dalam golongan orang yang disebutkan ayat tadi, maka hendaklah dia memenuhi syarat-syarat Allah padanya!"(Kanzul Ummal 1:238)

Abu Nu'aim telah-mengeluarkan dari Ibnu Mas'ud ra. katanya: "Sesungguhnya Allah telah memandang pada hati para hambaNya,lalu dipilihnya Muhammad SAW dan dibangkitkanNya dengan perutusanNya, dan dilantikNya dengan pengetahuanNya untuk dijadikan Rasul. Kemudian Allah ta'ala memandang lagi pada hati manusia sesudah itu, lalu dipilihNya beberapa orang sahabat Nabi dan dijadikanNya mereka sebagai pembantu-pembantu agamaNya, dan sebagai wazir-wazir NabiNya SAW. Tegasnya, apa yang dianggap orang-orang Mukminin itu baik, maka baiklah dia. Dan apa yang dianggap orang-orang Mukminin itu buruk, maka buruklah dia dalam pandangan Allah".(Hilyatul-Auliya' 1:375)

Abu Nu'aim juga telah mengeluarkan dari Abdullah bin Umar ra. katanya: "Barangsiapa yang mau meniru, hendaklah ia meniru perjalanan orang yang sudah mati, iaitu perjalanan para sahabat Nabi Muhammad SAW, karena mereka itu adalah sebaik-baik ummat ini, dan sebersih-bersihnya hati, sedalam-dalamnya ilmu pengetahuan, dan seringan-ringannya penanggungan. Mereka itu adalah suatu kaum yang telah dipilih Allah untuk menjadi para sahabat NabiNya SAW dan bekerja untuk menyebarkan agamanya. Karena itu, hendaklah kamu mencontohi kelakuan mereka dan ikut perjalanan mereka. Mereka itulah para sahabat Nabi Muhammad SAW yang berdiri di atas jalan lurus, demi Allah yang memiliki Ka'bah!"(Hilyatul-Auliya' 1:305)
Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Ibnu Mas'ud ra. katanya: "Kamulah orang yang paling banyak puasanya, paling banyak shalatnya, dan terlalu banyak ijtihadnya dari golongan sahabat Rasulullah SAW namun begitu mereka itu, yakni para sahabat adalah lebih baik dari kamu! Mereka lalu berkata: "Hai bapak Abdul Rahman! Mengapa sampai begitu? Jawab Ibnu Mas'ud: "Sebab mereka itu lebih banyak berzuhud pada dunia, dan lebih kuat keinginannya pada akhirat!" (Hilyatul-Auliya' 1:136)
Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Abu Wa'il, yang mengatakan bahwa Abdullah bin Mas'ud pernah mendengar seorang lelaki berkata: Di manakah orang-orang yang berzuhud pada dunia, dan yang sangat mencintai akhirat?! Lalu dijawab oleh Abdullah: Mereka itulah Ash-habul labiyah, yang mengikat janji antara satu dengan yang lain - dan mereka itu kesemuanya sebanyak 500 orang dari kaum Muslimin - agar mereka tidak akan kembali lagi sehingga mereka sekalian pupus sampai ke akhirnya. Merekalalu mencukur kepala mereka dan terus bertempur dengan musuh, sehingga semua mereka mati, kecuali orang yang membawa berita ini! (Hiyatul-Auliya' 1: 135)
Abu Nu'aim mengeluarkan lagi dari Ibnu Umar ra. bahwa dia pemah mendengar seorang lelaki berkata: Di manakah orangorang yang berzuhud pada dunia, dan yang sangat mencintai akhirat? Ibnu Umar ra. Ialu menunjukkan makam Nabi SAW dan makam Abu Bakar dan Umar, Ialu bertanya: Apakah engkau bertanya tentang mereka ini? (Hilyatul-Auliya' 1:307)
Ibnu Abid-dunia pula mengeluarkan dari Abu Arakah, Sekali peristiwa aku bershalat dengan Ali ra. shalat Subuh, dan setelah selesai shalat, dia lalu duduk miring ke kanan, berdiam diri dan tampak pada wajahnya ada tanda susah, sehingga apabila matahari meninggi setinggi tombak dia lalu bangun bershalat dua rakaat, kemudian dia membalik-balikkan tangannya, seraya berkata: Demi Allah, aku telah melihat sendiri betapa baiknya para sahabat Rasulullah SAW itu.
Tetapi sayang sekali, tiada seorang pun sekarang yang dapat menyerupai mereka. Mereka semua berwajah pucat berambut kusut masai, berpakaian compang-camping, laksana segerombolan kambing dalam gembalaannya. Mereka menghabiskan malam dengan bersujud kepada Allah, bangun beribadat karena membaca Kitab Allah. tanda-tanda itu dapat dilihat pada dahi-dahi mereka dan tumit-tumit mereka. Bila mereka bangun pagi dan berzikir kepada Allah, mereka seolah-olahnya seperti pepohonan yang bergerak karena ditiup angin menderu, air mata mereka mengalir terus membasahi pakaian mereka.
Sayang sekali pada masa kini sudah tidak ada lagi orang yang menjejak perjalanan mereka itu, karena semua orang telah ditimpa kelalaian. Kemudian Ali ra. bangun dari tempatnya, dan kelihatan dia tidak pernah tertawa lagi selepas hari itu, sehinggalah dia dibunuh oleh Ibnu Muljam, musuh Allah yang jahat itu. (Al-Bidayah Wan-Nihayah 8:6) Berita yang sama juga diriwayatkan oleh Abu Nu'aim (Hilyatul Auliya' 1:76) dan Ad-Dinauri, Al-Askari dan Ibnu Asakir (Kanzul Ummal 8:219)

Setimpal Pahala Berjihad

KISAH ISLAM
Thabarani telah memberitakan dari Ummi Kabsyah ra. yaitu seorang wanita dari suku kaum Adzirah, yakni Adzirah Bani Qudha'ah, bahwa dia telah berkata: "Wahai Rasulullah! Bolehkah tidak aku keluar berjihad dengan tentera ini dan itu?" tanya Ummi Kabsyah. "Tidak boleh!" jawab Beliau pendek saja. "Aku bukan hendak berperang, tetapi aku dapat menolong mengobati orang yang luka, yang sakit, atau barangkali dapat memberi minum orang yang sakit dan mengurusnya!", pinta Ummi Kabsyah lagi. "Kalaulah tidak nanti orang ramai heboh mengatakan si fulanah itu keluar berperang, niscaya aku akan mengizinkanmu", jawab Nabi SAW. "Tetapi sebaiknya, engkau tinggal di rumah saja!" pesan Nabi SAW lagi. (Majma'uz-Zawa'id 5:323)

Bazzar telah memberitakan dari Abdullah bin Abbas ra. dia berkata: Dalam suatu peristiwa telah datang seorang wanita kepada Nabi SAW sebagai wakil dari kaum wanita lain, lalu berbicara kepada Beliau, katanya: "Wahai Rasulullah! Aku ini sebagai utusan dari kaum wanita untuk bertanya tentang jihad. Dia telah diwajibkan ke atas kaum lelaki saja, jika mereka mendapat kemenangan akan diberikan pahala yang besar, dan jika mereka terbunuh dianggap hidup di sisi Tuhan mereka dengan diberikan berbagai-bagai rezeki dan kurnia. Kami kaum wanita yang bersusah payah mengurus segala keperluan mereka apa yang kami dapat?!"
Jawab Nabi SAW: "Sampaikanlah berita ini kepada siapa saja yang engkau temui dari kaum wanita, bahwa taat kepada suami dan mengakui hak suami itu adalah setimpal dengan pahala jihad, malangnya sangat sedikit di antara kamu yang dapat melaksanakannya". (Riwayat Bazzar)

Manakala Thabarani meriwayatkan cerita yang sama, tetapi sedikit panjang dari yang di atas tadi, katanya: Kemudian telah datang kepada Nabi SAW seorang wanita, lalu berkata: "Aku ini adalah utusan kaum wanita yang diutus kepadamu, dan siapa saja di antara mereka, yang tahu ataupun yang tidak tahu, semua mereka inginkan aku datang kepadamu dan berbicara denganmu. Bukankah Allah itu Tuhan kaum lelaki dan kaum wanita, dan engkau pula adalah Utusan Allah kepada kaum lelaki dan kaum wanita?! Allah telah mewajibkan jibad ke atas kaum lelaki, maka jika mereka menang mereka diberikan pahala yang besar, dan jika mereka mati syahid mereka akan tinggal di sisi Tuhan, mereka menikmati rezeki dan kurnia-Nya. Apa yang dapat menyamai pahala amalan mereka itu dari ketaaatan kami kepada mereka?"
Jawab Nabi SAW: "Bila kaum wanita itu mentaati suami mereka, dan mengenal hak-haknya. Tetapi malangnya, sangat sedikit sekali mereka yang dapat berbuat seperti itu". (At-Targhib Wat-Tarhib 3:336)

Semangat Anak-anak untuk berjihad

KISAH ISLAM
lbnu Abi Syaibah telah memberitakan dari As-Sya'bi, bahwa ada seorang wanita menyerahkan sebilah pedang kepada anaknya pada hari perang Uhud, tetapi malangnya sang anak tidak kuat mengangkatnya, lalu pedang itu diikatkannya pada lengan anak itu. Kemudian dia mengajak anak itu menemui Rasulullah SAW seraya berkata kepadanya: Ya Rasulullah! Ini anakku, dia dapat mempertahankanmu dari musuhmu! Maka Nabi SAW berkata kepada anak itu: Hai anak kecil, mari menghadapi orang-orang yang di sini! Kemudian beliau menyuruh lagi supaya menghadapi orang di sana! Kemudian anak kecil itu mengalami luka-luka dan terjatuh, maka orang membawanya kepada Nabi SAW; dan bila melihat luka-luka itu, beliau lalu berujar: Hai anak kecil! Barangkaii engkau menyesal ikut berperang?! jawab anak itu: Tidak, wahai Rasulullah! (Kanzul Ummal 5:277)

Ibnu Asakir telah memberitakan dari Sa'ad bin Abu Waqqash ra. dia berkata: Rasulullah SAW telah menolak Umair bin Abu Waqqash ra. dari ikut serta pada perang Badar, kerana menganggap dia masih kecil. Kerana itu, Umair telah menangis, sehingga akhirnya beliau mengizinkannya ikut berperang. Berkata Sa'ad lagi: Lalu aku menolong Umair rnengangkatkan pedangnya. Dan saya sendiri telah mengikuti perang Badar, dan pada wajahku masih belum tumbuh suatu helai rambut pun (yakni masih belum berjanggut). (Kanzul Ummal 5:270)

Ibnu Sa'ad telah memberitakan dari Sa'ad ra. dia berkata: Saya menemui saudaraku Umair bin Abu Waqqash ra. sebelum kami diperiksa oleh Rasulullah SAW pada hari perang Badar, dan aku lihat Umair mencoba melarikan diri dari orang ramai. "Kenapa engkau berlari-lari begitu, hai Umair?", kataku kepadanya. "Aku takut Rasulullah melihatku ", jawab Umair. "Ada apa kalau dia melihatmu?" "Nanti dia akan menganggapku masih kecil, dan menolakku untuk berjihad",jawab Umair lagi. "Kalau dia tidak mengizinkan engkau berjihad, pulang sajalah!" saranku. "Tidak", jawab Umair dengan penuh kesal. "Aku tetap ingin berjihad, siapa tahu aku dapat mati syahid", sambungnya lagi. Apabila Umair diperiksa oleh Rasulullah SAW, benarlah dia ditolak kerana dianggapnya masih kecil lagi. Maka Umair terus menangis, dan meminta supaya dia diperbolehkan berjihad juga, maka Rasulullah SAW pun memgizinkannya ikut berjihad. Berkata Sa'ad lagi: jadi akulah yang membawakan pedangnya, kerana dia tidak kuat membawa pedang itu. Maka betullah seperti yang diinginkannya sebelum itu, bahwa dia adalah di antara orangorang yang terbunuh syahid di medan perang itu, dan ketika itu usianya masih muda, yaitu 16 tahun saja.
(Al-Ishabah 3:135; Maima'uz-Zawa'id 6:68)

sebab kemenangan

KISAH ISLAM
Umar ra. telah melantik Atbah bin Ghazwan sebagai panglima perang pasukan Muslimin di dalam peperangan melawan Parsi. Pada ketika itu beliau telah memberikan perintah.

"Senantiasalah menjaga ketaqwaan sedapat-dapatnya. Berhati-hatilah menjalankan keadilan apabila memberi keputusan. Kerjakan sholat pada waktu yang ditentukan dan berzikirlah memuji Allah sebanyak-banyaknya dan selalu".

Satu ketika terdapat seorang tawanan Romawi di dalam penjagaan orang-orang Islam. Terjadi satu keadaan dimana dia telah dapat meloloskan diri dan lari. Raja Heraklius bertanya kepadanya mengenai keadaan orang-orang Islam dengan mendalamnya supaya seluruh kehidupan mereka nampak jelas dihadapannya. tawanan ini juga melaporkan perkara yang sama dan menerangkan bahwa orang-orang itu adalah ahli ibadat diwaktu malam dan kesatria (da'i) disiang harinya. Orang-orang Islam itu juga tidak mengambil sesuatu walaupun daripada Dhimmi (orang-orang kafir yang dibawah lindungan mereka) tanpa membayar harganya dan apabila mereka berjumpa, mereka memberi dan menjawab salam. Heraklius menjawab dengan cepat dan tajam bahwasanya jikalau laporan itu benar dan tepat, maka mereka akan menjadi raja-raja bagi kerajaan Heraklius.

Heraklius mempunyai jumlah tentera yang sangat banyak sedangkan jumlah orang-orang Islam sangat terbatas. Amr bin al-'As ra. memberitahu Abu Bakar Siddiq ra. mengenai keadaan tersebut. Sebagai jawabannya Abu Bakar ra. menulis:

"Kamu orang-orang Islam tidak akan dapat dikalahkan karena jumlah yang kecil. Kamu pasti dapat dikalahkan walaupun mempunyai jumlah yang banyak melebihi jumlah musuh jikalau kamu terlibat didalam dosa-dosa".



Al-Baihaqy mentakhrijkan dari jalan Al-Waqidy, dari Abu-Hurairah ra., dia berkata, "Aku ikut dalam perang Mu'tah. Ketika jarak antara kami dan orang-orang musyrik semakin dekat, kami bisa melihat jumlah pasukan yang amat banyak, membawa persenjataan lengkap, tameng, mengenakan pakaian sutra dan perhiasan emas.

Tsabit bin Arqam ra. berkata saat melihatku membelalakkan mata, "Wahai Abu Hurairah, sepertinya engkau sedang melihat pasukan yang besar."

"Benar", jawabku.

Dia berkata, "Engkau tidak bergabung bersama kami di Badr. Kami menang saat itu bukan karena jumlah kami yang banyak".

(Al-Bidayah 4:244, Al-Ishabah 1:190)

Ahmad bin Marwan bin Maliky di dalam Al-Mujalasah, dari Abu Ishaq, dia berkata, "Tidak ada musuh yang bertahan lama jika berperang melawan para sahabat.

Ketika Heraklius tiba di Anthokia setelah pasukan Romawi dikalahkan pasukan Muslimin, dia bertanya, "Beritahukan kepadaku tentang orang-orang yang menjadi lawan kalian dalam peperangan. Bukankah mereka manusia seperti kalian?"

Mereka menjawab, "Ya".

"Apakah kalian yang lebih banyak jumlahnya ataukah mereka?"

"Kamilah yang lebih banyak jumlahnya dimanapun kami saling berhadapan".

"Lalu mengapa kalian bisa dikalahkan?"

Seseorang yang dianggap paling tua menjawab, "Karena mereka biasa shalat di malam hari, berpuasa di siang hari, menepati janji, menyuruh kepada kebajikan, mencegah dari kemungkaran dan saling berbuat adil di antara sesamanya. Sementara kami suka minum arak, berzina, melakukan hal-hal yang haram, melanggar janji, suka marah, berbuat semena-mena, menyuruh kepada kebencian, melarang hal-hal yang diridhai Allah dan berbuat kerusakan di bumi".

Heraklius berkata, "Engkau membuatku percaya".

(Al-Bidayah 7:15, Ibnu Asakir 1:143)

Said bin Musayab rah. (tabieen)

KISAH ISLAM
Seorang Tabiin merdeka, bertipe sangat langka. Puasa di siang hari, salat tahajud di waktu malam. Dia sempat menunaikan ibadah haji sebanyak empat puluh kali. Tidak pernah ketinggalan takbiratul Ihram dalam salat jemaah selama empat puluh tahun dan tidak pernah ditemukan melihat tengkuk seseorang pada waktu salat, selama itu juga, karena selalu berada di baris pertama.

Lebih memilih kawin dengan putri Abu Hurairah ra., meski mampu mengawini wanita Quraisy yang dia kehendaki.

Sejak kecil telah bernazar untuk mengabdikan dirinya kepada ilmu pengetahuan.

Banyak menimba ilmu dari istri-istri Nabi dan dari para Sahabat seperti Abdullah bin Abbas, Zaid bin Sabit, Abdullah bin Umar, Usman, Ali, dan Shuhaib r.ahum.

Mempunyai etika dan tingkah laku seperti yang dicontohkan oleh para sahabat.

Orang yang paling zuhud terhadap kehidupan. Pernah suatu ketika dia menolak lamaran putra mahkota, Walid bin Abdul Malik, putra khalifah, Abdul Malik bin Marwan untuk mengawini putrinya. Dia malah mengawinkan putrinya itu dengan seorang penuntut ilmu bernama Abu Wada‘ah.

Ketika banyak yang menyayangkan hal itu dia malah mengatakan, “Putriku adalah amanat di atas pundakku dan aku mengambil tindakan ini demi kemaslahatannya.”

Seorang penduduk Madinah mengatakan tentang dirinya, “Dia adalah seorang yang menjadikan dunia sebagai kendaraan menuju akhirat dan membeli yang abadi dengan yang fana untuk diri dan keluarganya. Demi Allah, dia bukan tidak mau mengawinkan putrinya dengan putra khalifah, atau memandangnya tidak berimbang, tetapi hanya khawatir putrinya akan tertimpa fitnah keduniaan. Suatu ketika pernah ditanya oleh seorang sahabat, ‘Apakah engkau menolak lamaran khalifah, lalu mengawinkan putrimu dengan warga muslim biasa?’ Dia menjawab, ‘Putriku adalah amanat di atas pundakku dan aku mengambil tindakan ini demi kemaslahatannya.’ Dia ditanya lagi, ‘Apa maksudmu?’ Dia menjawab, ‘Coba pikirkan jika dia berpindah ke istana Bani Umaiyah, kemudian dikelilingi oleh perabot mewah, para pembantu dan dayang-dayang, lalu suatu saat nanti dia akan menjadi istri khalifah, bagaimana kira-kira nasib agamanya?’”

Sahabiyah dalam Medan Jihad

KISAH ISLAM
Thabarani memberitakan dari Ummu Sulaim ra. dia berkata: Pernah Rasulullah SAW keluar berjihad dan ikut bersamanya sebilangan kaum wanita dari kaum Anshar, maka merekalah yang memberikan minum kepada orang-orang yang sakit, memberi obat kepada orang-orang yang luka-luka. (Majmauz-Zawa'id 5:324)

Muslim dan Termidzi telah memberitakan dari Anas ra. dia berkata: Pernah Rasulullah SAW keluar berjihad dengan membawa Ummu Sulaim ra. dan beberapa orang wanita dari kaum Anshar yang ditugaskan untuk menyediakan air minum dan menguruskan orang-orang yang luka-luka dalam peperangan.

Bukhari telah mengeluarkan berita dari Ar-Rabik binti Mu'awwidz ra. dia berkata: Kami pernah ikut Nabi SAW keluar berjihad, lalu kamilah yang menguruskan luka-luka para pejuang, dan mengangkat orang-orang yang gugur syahid ke kemah kami. Suatu berita lain darinya juga, katanya: Kami pernah keluar dengan Nabi SAW ke medan perang, dan kamilah yang memberikan minum kepada para pejuang, menguruskan semua keperluan mereka, dan mengangkat mereka yang mati terbunuh atau yang luka kembali ke Madinah.

Imam Ahmad, Muslim, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Ummu Athiyah Al-Anshariyah ra. dia berkata: Aku pernah keluar belihad bersama-sama Rasulullah SAW sebanyak tujuh peperangan, aku menjaga kemah-kemah mereka, memasak makanan buat mereka, mengobati orang-orang yang luka, dan membantu orang- orang tua yang sudah tidak terdaya lagi. (Al-Muntaqa)

Thabarani meriwayatkan dari Laila Al-Ghifariyah ra. dia berkata: Aku pernah keluar berjihad bersama Rasulullah SAW dan aku mengobati orang-orang yang luka. (Maima'uz-Zawa'id 5:32,4)

Bukhari telah memberitakan dari Anas ra. dia berkata: Pada hari peperangan Uhud ramai orang Islam yang terkocar-kacir dan terpisah dari Nabi SAW Dan aku lihat Aisyah binti Abu Bakar rha dan Ummu Sulaim rha. tergesa-gesa membawa kantung Qirbah (terbuat dari kulit kambing) yang berisi air, memberi minum orang-orang yang dahaga dalam pertempuran itu. Sesudah habis mereka pergi lagi mengisi air dan memberi minum kepada tentara Islam yang berperang itu. (Baihaqi 9:30)

Bukhari telah memberitakan dari Tsaklabah bin Abu Malik ra. bahwa Umar bin Al-Khatthab ra. telah membagi-bagikan kain antara kaum wanita, dan ada sisa sepotong kain yang agak baik sedikit, maka berkata orang-orang yang di sisi Khalifah Umar ra.: Wahai Amirul Mukminin! Kain potong yang lebih ini berikanlah kepada cucunda Rasulullah SAW yang menjadi isterimu - maksudnya Ummu Kultsum binti Ali ra. Tetapi mereka dijawab oleh Khalifah Umar ra.: Ummu Sulaith lebih berhak darinya (Ummu Kultsum), dan Ummu Sulaim seorang wanita Anshar, di antara yang membaiat Rasulullah SAW. Tambah Umar ra. lagi: Karena dia pernah memberi kita minum pada hari peperangan Uhud. (Kanzul Ummal 7:97)

Abu Daud memberitakan dari Hasyraj bin Ziyad dari neneknya ra. bahwa mereka pernah keluar berjihad bersama-sama Nabi SAW di medan Hunain, dan mereka mengatakan: Kami mendendangkan syair-syair yang memberi semangat kepada para pejuang membantu keperluan mereka, mengobati para pejuang yang luka, memberi mereka panah dan menyediakan bubur sawiq, dari Abdul Razzak dari Az-Zuhri, dia berkata pula, bahwa kaum wanita ada yang menyaksikan pertempuran di medan perang, memberi minum para pejuang, mengobati mereka yang luka. (Fathul Bari 6:51)